Selasa, 01 April 2014

Nugroho Suksmanto dan Anak Mencari Tuhan

Judul : Anak Mencari Tuhan
Penulis : Nugroho Sukmanto
Penerbit : GPU
Cetakan : I (Mei 2010)
Tebal : x + 87 halaman
ISBN : 978-979-225755-7


Membaca puisi, buat saya adalah salah satu cara untuk menghibur diri. Menenangkan pikiran dari bacaan-bacaan yang berat dan susah dimengerti. Dan membaca sajak-sajak Nugroho Sukmanto buat saya sama seperti yang saya sampaikan di depan. Saya terhibur dengan sajak-sajak yang ia buat. Terakhir kali saya merasa terhibur yaitu ketika saya membaca buku kumpulan puisi Joko Pinurbo yang berjudul Baju Bulan. Terhibur bukan berarti hanya berisi kata-kata yang bisa membuat tertawa atau senyum kecil tumbuh di bibir. Tapi, juga sindiran-sindiran yang membuat saya bergumam, “Iya juga ya.”
Lalu apakah sebuah kondisi yang tak baik bisa dibilang hiburan? Ya tidak juga. Buat saya puisi-puisi yang ada di buku ini adalah apa yang ada dalam keseharian, apa yang terekam dalam berita-berita, tentang ini dan itu, bukan hanya tentang bapak yang bercerai dengan ibu, tapi juga tentang polisi yang tak boleh merasa iri karena sebagian tugasnya diambil KPK. Serta perbandingan pencopet dan koruptor.
Sajak-sajak ini tumbuh dengan bahasa yang mudah dimengerti, tidak berbunga-bunga namun mengandung arti yang dalam. Semua disampaikan layaknya bahasa sehari-hari yang kita gunakan untuk menuangkan pikiran. Namun bukan berarti karena bahasanya yang sederhana membuat sajak-sajaknya tak berisi. Di dalamnya tak hanya tentang keseharian ada pula tentang masa lalu yang sampai hari ini jadi saksi bisu, kasus Munir dan penculikan aktivis misalnya.
Pesan-pesan moral dalam puisinya dibalut dalam bahasa yang tak menggurui, apalagi menceramahi, tapi menyapaikan keadaan yang sering terjadi, yang bahkan masih relevan dengan kondisi hari ini. Gambaran yang sedang, atau baru saja terjadi. Saat membacanya saya bisa ikut merasakan apa yang penulis sampaikan. Ketika membaca sajak yang nakal dan cukup menggelitik, senyum dan tawa kecil bisa hadir tanpa dipaksa.

; anak Desa Melihat Surga
Ya Tuhan kau ciptakan toko-toko megah
Di penjuru surge bernama plaza
Ada gua raksaksa di tengahnya
Bukan lampu yang menerangi
Tapi cahaya piring-piring terbang

Kusaksikan dari selasar
Mereka berbelanja tanpa membayar
Seperti mernggunakan alat
Mungkin pemberian malaikat
Sayang bapak tak mengizinkan aku ke dalam
Katanya harus menunggu “panggilan”
Dari bidadari penyambut kedatangan

Aku senang
Munir pembela korban kekerasan
Kudengar keras-keras dpanggil!
Dia datang dari Pondok Indah?
Tapi tak kulihat wajahnyatampil
 Di dalam antrian mobil-mobil mewah

; mengenali Juru Selamat

Juru Selamat,
Saat menjelma di tubuh manusia 
Kau hadir seperti kelana
Tapi saat kuingin meniru, tak diizinkan Guru
Katanya, sekarang rambut panjang
hanya pantas untuk seniman jalanan dan pemusik urakan

Juru Selamat,
Abaikanlah perintah Guru
Jangan Kau pangkas jenggot, kumis dan rambut-Mu
Takut aku nanti tak mengenali-Mu


; hati Presiden

Presiden,
Mengapa hatimu kecil
Padahal badanmu besar
Mengapa kau tak seperti
Presiden yang berbadan kecil
Tetapi berhati besar;
Mengunakan technologie tinggi
Menjelajah dirgantara
Melepas "jajahan" jadi merdeka


; ketika Alam berganti rupa

Di kota, alam berganti rupa
Pohon tinggi, berganti gedung menjulang
Pusat belanja, mengganti pasar di tanah lapang
Lampu-lampu merkuri, mengganti bulan dan bintang
Mobil-mobil mengganti sepeda
Dan motor menjadi kuda
Berpacu dengan pabrik mengotori udara

Terlihat, alam bagai rumah kaca
Mencairkan es di kutub utara
Membuat laut terlihat murka
Menggenangi pesisir dan jalan sekitarnya
Akankah kota-kota menjadi seperti Venesia?

Puisi di buku ini bercerita tentang banyak hal (yang mungkin sering kita jumpai). Tentang tuhan, keluarga, penculikan dan lain sebagainya. Membacanya membuat saya bisa membayangkan apa sebenarnya yang ingin diceritakan, apa yang sebenarnya terjadi, tanpa harus berpusing-pusing diri mengartikannya dengan menyimak kata demi kata sampai membacanya berulang-ulang yang akhirnya tak mengerti pula maksudnya apa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)