Judul: Baju BulanPenulis: Joko PinurboCetakan I, April 2013Tebal: 90 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Setiap kita dilahirkan berbeda, meski terlahir kembar tentu perbedaan di antara keduanya pastilah ada. Begitu pula dalam berkarya, tentu apa yang kita hasilkan dan apa yang orang buat akan berbeda pula. Membaca Baju Bulan, buat saya tak seperti membaca puisi-puisi yang biasa saya baca, yang ketika membacanya saya akan merasa nyaman, tenang dan ikut terbawa rangkaian aksara yang indah, terpana dengan balutan kata-kata yang menggetarkan jiwa, atau ikut terbawa suasana amarah yang tersimpan dalam aksara. Puisi-puisi Joko Pinurbo sendiri tak berteriak-teriak lantang seperti pemimpin demo yang sedang berorasi, mengajak semua ikut terguncang hati dan pikirannya.Tapi puisi-puisinya lebih sering menghadirkan senyum kecil di bibir, puisi-puisi yang Joko Pinurbo tulis terasa ringan, sederhana namun ada makna yang terpendam di dalamnya, kata-kata yang berbicara nampak lugu, dan sabar. Buku ini berisi 60 puisi pilihan Joko Pinurbo, yang ditulis selamanya 1991-2012. Di dalamnya tak ada tema khusus atau garis merah dari tiap-tiap puisinya. Tapi lebih bercerita bebas.Puisi Baju Bulan termasuk yang saya sukai;Baju BulanBulan, aku mau Lebaran. Aku ingin baju baru,
tapi tak punya uang. Ibuku entah dimana sekarang,sedangkan ayahku hanya bisa kubayangkan.Bolehkah, bulan, kupinjam bajumu barang semalam?Bulan terharu: kok masih ada yang membutuhkanbajunya yang kuno di antara begitu banyak warna-warnibaju buatan. Bulan mencopot bajunya yang keperakan,mengenakannya pada gadis kecil yang sering ia lihatmenangis di persimpangan jalan. Bulan sendirirela telanjang di langit, atap paling rindangbagi yang tak berumah dan tak bisa pulang.
(2003)Saya sendiri masih belum mengerti, menilai puisi yang baik dan tidak itu seperti apa dan bagaimana, saya belum belajar atau mencari tahu lebih jauh soal bagaimana cara menilainya, patokan dasar saya masih sama, ketika saya bisa menikmati sebuah karya berarti karya tersebut bagus adanya. Dan buat saya puisi-puisi Joko Pinurbo hadir membawa hiburan, ia mengajak saya bertamasya mengenal lebih dekat hubungan antar manusia yang ia potret dalam puisi.
Jumat, 11 April 2014
Meminjam Baju Bulan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu di sini. :)