Kamis, 17 April 2014

Alanna: Song of the Lioness

Judul: Alanna: The Song of the Lioness
Penulis: Tamora Pierce
Penerjemah: Leinofar Bahfein
Penerbit: Ufuk Fiction
Cetakan I, Mei 2012
Tebal: 312 halaman
ISBN: 978-602-9346-22-0


Sebelum memutuskan untuk membaca buku ini, saya berpikir beberapa kali, alasannya sederha, saya belum pernah membaca buku fantasi, membaca yang berhubungan dengan dunia nyata saja kadang imajinasi tak bisa menampungnya. Apalagi membaca fantasi, yang secara keseluruhan menciptakan dunia baru. Tapi bukan hal yang menyenangkan jika wawasan saya harus dikurung hanya karena alasan itu. Akhirnya saya pun membacanya.

Alanna sendiri bercerita tentang seorang anak perempuan yang memiliki kembaran bernama Thom. Tapi
suatu hari ayah mereka, Alan of Trebond mengumumkan akan mengirimkan mereka berdua untuk belajar menjadi seorang kesatria dan seorang lady. Ayahnya akan mengirimkan Alanna menjadi lady, sedangkan Thom menjadi kesatria. Padahal keduanya sama sekali tidak tertarik dengan keinginan ayahnya. Mereka punya jalan masing-masing.

Atas dasar sama-sama tak ingin diatur-atur, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk bertukar peran. Namun itu baru awal cerita, masih ada hal-hal menarik lainnya yang Alanna alami selama berada di istana tempat ia dilatih menjadi kesatria.

Secara ide, saya melihatnya cukup menarik, meski bisa dibilang perjalanan Alanna nampak mudah sekali, beberapa kali terganjal halangan bisa ia lewati begitu saja meski dilihatkan sedikit kesulitan. Cara berceritanya pun lancar-lancar saja, cuma penulis terlalu banyak menciptakan tokoh pembantu,  sehingga sebagai pembaca saya sering bingung ketika membacanya, ini siapa dan itu siapa, akhirnya saya harus mencari tahu lagi ke belakang. Karena ingatan mudah terlupakan, dan keberadaannya tokoh-tokoh yang hanya lewat itu mudah dilupakan pula. Namun kelebihannya, penggambaran tokoh-tokoh inti dalam cerita ini begitu kuat.  

Terasa menggelitik ketika pada suatu titik Alanna menjadi seperti selayaknya remaja perempuan,  Alanna merasa aneh dengan perubahan dirinya, ia merasa sakit, sehingga bingung harus bercerita pada siapa tentang penyakit anehnya, ternyata itu hanya kejadian yang dialami perempuan pada umumnya, namun untuk seorang remaja yang baru mengalaminya penulis berhasil menciptakan kepanikan di sana.

Sebagai pembaca buku fantasi yang baru saja bertualang, cerita yang dihadirkan penulis buat saya cukup menarik dan ringan, mungkin karena fantasi remaja. Hanya saja ada kejanggalan di sana-sininya. Yang mungkin untuk pembaca yang rewel akan mempertanyakannya lebih dalam. Kenapa begini? Kenapa begitu? Kok begini? Harusnya kan begitu?


Tapi setidaknya buat saya buku ini seperti gerbang, pembuka jalan untuk saya mencoba berkenala lagi dengan membaca buku-buku fantasi lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)