Kamis, 27 Maret 2014

Yang Jauh, Yang Dekat Merapat

Soal tragedi di Palestina yang selalu jadi perdebatan di negeri kami setiap pertumpahan darah di sana terjadi. Ada pertanyaan yang selalu sama, "kenapa membantu yang jauh sedangkan yang dekat masih banyak kekurangan?"

Saat tsunami di Aceh, warga Palestina ramai-ramai menyumbang apa yang ada untuk bantu Aceh, meski kondisi mereka sangat sulit. 10.000 USD dari rakyat Palestina untuk saudara-saudara kita di Aceh saat tsunami 2004, padahal makan minum saja mereka sukar. ( Helvy Tiana Rosa)

Pikiran kita masih tertutup jika masih sibuk memperdebatkan itu semua (soal siapa yang berhak ditolong karena jarak), sebagai sesama manusia bukankah menolong sesama adalah sebuah kewajiban? Terlebih lagi menolong mereka yang berjuang mempertahankan hidup di tengah gempuran roket, peluru yang siap membunuh setiap waktu. Tanpa peduli tua, muda atau masih minum susu. Nyawa-nyawa seakan tak ada harganya, di sudut-sudut kota kekejaman diperlihatkan begitu nyata, di mana bom-bom jatuh menghancurkan gedung-gedung pemukiman warga, meluluh lantahkan bangunan-bangunan yang penting adanya—seperti rumah sakit dan sekolah. Masalah kemanusian masalah semua, kita berhak mengecam tindakan Israel yang melakukan itu semua dan apakah kita harus menutup mata dan tak mau menolong saudara kita di Palestina?


Yang sering muncul ketika semua terjadi adalah perdebatan, sibuk berdebat soal ini dan itunya. Tentu lebih baik kita melakukan apa yang bisa dilakukan, yang tentunya bisa bermanfaat. Jika ingin membantu bisa lewat donasi atau langsung turun tangan ke daerah tersebut. Kalau berdebat hanya akan menimbulkan perpecahan, mengapa tak memilih diam dan mendoakan? Itu jadi pilihan terbaik daripada ikut berkomentar tapi tak melakukan apa-apa. Atau ikut berkomentar padahal tak tahu apa-apa.

Lagi pula, jika untuk yang jauh saja kita mau peduli, saya yakin pada yang dekat pun sudah pasti akan membantu lebih. Cuma apa harus diumbar-umbar? Contohnya, pemerintah mungkin lamban dalam penanganan bencana di Indonesia atau soal kemiskinan dll. Tapi seperti yang kita tahu relawan dan donasi untuk bencana atau yang membutuhkan terus berdatangan dari orang-orang yang peduli. Dan memang kadang itu tak diberitakan besar-besaran. Sehingga hanya segelintir orang saja yang tahu.

Sebuah informasi bisa diketahui banyak orang jika infomasi itu disebar, bukan disimpan dalam-dalam. Jika di sebuah daerah terjadi kemiskinan atau segala hal yang perlu bantuan namun tak tersentuh, tugas kita yang tahu adalah memublikasikannya, memberitahu pada semua, “Ini lho belum tersentuh tangan-tangan orang yang peduli.” Bukan tidak mungkin setelah itu banyak uluran tangan yang datang untuk menolong. Membanding-bandingkan tak menyelesaikan masalah, justru akan menimbulkan masalah lagi ketika terjadi perdebatan.

Lalu muncul lagi pertanyaan, si anu nggak pernah share soal Palestina. Di mana kepeduliannya terhadap sesama? Yang perlu diketahui lagi, yang tidak nge-share apapun soal Palestina bukan berarti nggak peduli, nggak bisa kita menilai hanya dari luarnya saja. Sebab hati dan tindakan orang siapa yang tahu? Bisa saja dalam diam ia sudah melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Mendoakan dan memberi donasi contohnya. Berbaik sangkalah terhadap sesama.

Bijak menyikapi masalah, tanda bangsa yang dewasa. Semoga kita termasuk yang dewasa dalam menghadapi masalah. Palestina, Indonesia atau belahan dunia mana pun, jika membutuhkan bantuan, tangan-tangan yang peduli akan siap membantu, merapatkan barisan untuk kemanusiaan.

11-07-2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)