Rabu, 26 Maret 2014

Politik Hari Ini

Tahun 2014 menjadi tahun di mana Indonesia akan berpesta merayakan demokrasi, semua bebas memilih wakil-wakil mereka untuk duduk di senayan. Juga memilih pemimpin untuk negeri yang kami cintai. Saya sebetulnya tak begitu tertarik membicarakan politik, apalagi ingin tahu banyak tentang politik. Buat saya politik sangat kotor. Betapa tidak, begitu banyak hal busuk di sana, dari pertengkaran para politisi, hingga kasus korupsi yang masih banyak belum teratasi.

Segala macam kebijakan hadir hanya untuk memuaskan diri sendiri. Saya tak melihat sedikitpun kebaikan hadir di sana. Anak muda, ketika ditanya ingin jadi apa? Rasanya tak banyak yang ingin menjadi politisi. Mungkin bisa dihitung jari beberapa yang mau, seperti ada guyonan, mahasiswa yang nilainya A bakal jadi dosen, yang nilainya B akan jadi pengusaha, dan yang nilainya C akan jadi politisi. Betapa politik diletakan di deretan bawah, dari guyonan tersebut. Karena anak muda sudah terlanjur apatis terhadap kondisi politik di negeri ini. seolah kebaikan tak pernah nampak dari tempat bernama politik.


Pilgub adalah pertama kali saya mempunyai hak pilih. Awalnya sama sekali tak tertarik untuk ikut memilih pemimpin untuk kota yang saya tinggali. Toh ikut berpartisipasi atau tidak, tak akan memberi banyak perubahan, itu pikiran saya sebelumnya, tapi karena saya tak ingin orang yang sudah berkuasa sebelumnya dan tak memberi banyak perubahan, lebih banyak menghancurkan menang, akhirnya saya ikut memilih untuk perubahan.

Setelah itu bertemu di 2014, pesta demokrasi yang begitu dinanti-nanti banyak orang. Tapi tidak dengan saya, kondisi politik yang berantakan membuat saya malas mengikuti perkembangannya. Apalagi ketika informasi tak pernah ketahuan mana yang benar, mana yang salah. Semua samar, ketika media membungkam kita dengan opini-opini yang dibangun sendiri. Ketika media dan televisi jadi alat penguasa dan pengusaha yang ingin duduk di tahta, saling menjatuhkan demi kekuasaan dan citra baik diri sendiri.

Di sini lagi-lagi keinginan golput dikalahkan karena tak ingin wajah penghuni senayan diisi para politisi kotor yang hanya ingin memperkaya diri dengan berteriak-teriak mengatas namakan rakyat padahal hanya bualan saja. Pada akhirnya saya memilih orang-orang yang saya yakini amanah dalam tugasnya. Memperjuangkan rakyat bukan keluarganya sendiri.

Pemilihan presiden menjadi puncak keriuhan di mana-mana, semua membicarakan siapa yang berhak memimpin negeri. Dari warung kopi hingga kafe-kafe elit. Dari dunia nyata sampai dunia maya. Tapi sekali lagi, saya tak tertarik untuk mengikuti. Pembicaraan di media sosial tak henti-henti, terlebih ketika sudah ada dua pasang yang akan maju. Yang menggembirakan dari pesta demokrasi ini adalah akan ada pemimpin baru untuk negeri ini, yang semoga membawa perubahan ke depannya. Yang menyedihkannya ketika beberapa orang (di media sosial) yang tiba-tiba jadi pengamat politik, mereka membabi buta membela pemimpin pilihannya dan menghantam yang berbeda pandangan politik dengan dirinya. Isu apapun dijadikan bahan untuk menjatuhkan, saling serang dan menebar kebencian, seolah-olah Bhineka Tunggal Ika itu tak pernah ada, hanya pajangan yang tak pernah memberi arti apa-apa.

Ini menyebalkan, tiap hari terjadi perdebatan, tiap hari terjadi perkelahian kata-kata. Bukan tak peduli dengan kondisi politik hari ini, tapi terus terang malas sekali bersuara ketika kita memilih berada di satu kubu akan diserang habis-habisan sama lawannya dan yang satu visi akan saling bersatu untuk menyerang lawan. Akhirnya saya lebih memilih untuk diam, terserah mau dibilang tak peduli atau apapun yang terpenting adalah ketenangngan. Sebab mencari ketenangan sulit sekali hari ini.

Akhirnya saya memilih sesuai kata hati dan apa yang guru-guru saya pilih. Saya yakin mereka menentukan pilihan dari hasil perdebatan panjang, entah dengan diri sendiri, dengan orang-orang, atau dengan meminta petunjuk yang Maha Kuasa. Dengan mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang tak baik untuk ke depannya. Jikalau pun pilihan saya salah nantinya, semoga Allah ampuni kesalahan saya, sebab kekurangan saya yang tak bisa membaca hati, pikiran dan masa depan. 


Semoga Indonesia yang rukun, damai dan saling menghormati tak pernah mati.Top of Form Selamat untuk yang menang, semoga amanah. Untuk yang kalah, semoga tetap peduli pada bangsa. Selamat berkerja dan berkarya untuk saya, karena hidup terus berjalan dan tubuh butuh makan, ada atau tidak ada pesta demokrasi.

09-07-2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)