Minggu, 02 Maret 2014

Kuis Hunter

Membicarakan media sosial pasti kita akan membicarakan banyak hal. Tak perlu kita bahas banyak hal tersebut, karena sudah pasti akan panjang jadinya. Karena hampir semua issue ada di sana, dari issue biasa sampai issue spesial tersedia dengan gratis. Tergantung kita ingin menikmati yang mana.

Beberapa hari yang lalu saya iseng menelusuri—bukan hanya sekadar menelusuri, tapi mencoba jadi seperti mereka, dan alhamdulillah dapat 2 buku haha—sebuah fenomena di media sosial. Sebenarnya bukan fenomena baru, karena saya menemukan yang semacam ini sejak tahun 2010, di mana twitter sudah jadi kekuatan baru di negeri ini, fenomena tersebut adalah hadirnya "kuis hunter". Saya nggak akan bahas buzzer di sini, mungkin di lain tulisan. Dan ini opini pribadi, jadi jika ada yang lebih tahu silakan dibagi.

Setelah saya telusuri ternyata banyak sekali mereka yang bergelut di profesi ini. Entah bisa disebut profesi atau bukan. Tapi kegiatan ini sudah jadi semacam profesi buat mereka (para kuis hunter). Karena mereka tak hanya sekadar iseng, tapi membuatnya seperti kebutuhan. Mungkin ada juga yang cuma iseng, mengisi waktu luang dengan ikutan kuis. Tapi nampaknya lebih banyak mereka (yang masih sekolah) menjadikannya semacam profesi serius.

Para kuis hunter ini rata-rata remaja dan dewasa muda. kisaran umur 15-30 tahun. Dari anak SMA sampai para pekerja, tak jarang ibu rumah tangga pun ada. Mereka tak segan-segan menyampah di timeline dengan berbagai macam retweet atau menjawab pertanyaan secara berantai—diberi nomer sampai puluhan bahkan ratusan yang isi pesannya sama. Buat orang biasa ini pasti sangat mengganggu, tapi buat mereka biasa saja. Mereka tak peduli dengan orang yang terganggu. Seolah berkata: "Omongan orang mah basi. Karena yang menentukan nasib ya kita sendiri. Bukan mereka yang marah-marah.”

Ada pula yang rela melakukan hal-hal gila atau tak masuk akal, seperti memperjelek diri dan mem-fotonya, di mention ke akun yang mengadakan kuis, dan lain sebagainya. Buat kita hal seperti itu konyol, dan beranggapan yang mereka lakukan adalah hal aneh. Sehingga menimbulkan tanggapan, “gila, mau aja si kaya gitu Cuma buat dapetin pulsa” “Ya elah nyari hadiah juga ga gitu-gitu amat kali” dan lain sebagainya.

Kuis-kuis di twitter atau facebook memang kadang hadiahnya biasa saja, tapi jangan salah ada pula yang memang sangat menggiurkan. Hadiahnya dari kartu pos, buku, topi, tiket, pulsa, gadget, uang tunai sampai barang-barang yang tak murah harganya. Saya pribadi, meski bukan kuis hunter, sering mendapatkan hadiah dari kuis yang diadakan di media sosial, mungkin saya masuk kategori kuis hunter yang iseng saja, tidak sampai tahap seperti yang saya jelaskan di atas. Hadiah yang pernah saya dapat ada buku, CD musik, boneka, tiket nonton, cemilan, dan yang paling mahal mungkin Smart phone.

Seperti kebanyakan kuis yang ada, hadiah itu masih jauh di angan-angan, mendapatkannya pun belum pasti. Ya bisa kita bilang untung-untungan saja. Tapi kegigihan para kuis hunter ini tak main-main. Semangatnya luar biasa meski tahu belum tentu dapatkan hadiahnya.

Satu hal yang saya pelajari. Yaitu semangat mereka layak ditiru dalam kenyataan. Mereka orang-orang yang militan dalam mengejar impian. Buat kita hadiah itu hanya omong kosong, bukan? Tapi, buat mereka itu impian. Perjuangkan untuk mendapatkannya hadiah tersebut tak main-main—meski terlihatnya seperti sedang main-main. Semangat semacam ini bisa diadopsi dalam kehidupan nyata dengan menganggap impian kita adalah sebuah hadiah, dan seperti para kuis hunter tersebut, kita harus berjuang keras untuk mendapatkannya hadiah itu meski kita tahu hadiah itu masih belum nyata. Kita bisa saja mendapatkannya, bisa pula tak mendapatkan apa-apa. Tapi ketika kita sudah berusaha, selalu ada jalannya. Walau tak dapat hadiahnya kita punya pengalaman karena telah berusaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)