Di sebuah ruangan ada
kejadian—yang mungkin biasa buat sebagian orang, namun luar biasa mengagetkan
buat sebagian orang lagi. Yaitu pembicaraan dua orang yang sedang bertransaksi,
suap menyuap antar politisi. Di ruangan lain, ada lagi pembicaraan yang sama,
yang ini pengusaha dan penguasa negeri. Mungkin kau mendengarnya, namun memilih
untuk menyimpannya dalam hati. Aku
melangkahkan kaki keluar rumah itu, dan mendapati seorang anak sedang menangis karena
belum makan beberapa hari ini. Ibunya tak ada uang untuk membelikan makanan,
sedangkan ayahnya sudah lama tak pulang. Mereka hidup serba kekurangan. Tak ada
bantuan yang datang. Kulangkahkan kaki menuju jalan besar. Seorang pengendara
motor sedang bertransaksi dengan oknum polisi lalu lintas. Kau tahu, uang 50-100rb
masuk ke kantongnya.
Ini semua hanya karanganku
saja, saat menuliskannya. Tapi bukan hal yang mustahil terjadi. Seperti yang
kita tahu, setiap hari hal-hal tersebut terus terjadi. Mungkin kita kurang peka
jika tak dapat melihatnya. Atau mungkin tak mau dipusingkan olehnya. Tapi
ketika kau mengalaminnya, kau akan tahu rasanya. Aku harap kau tak melakukannya.
Seperti yang kau tahu perbuatan itu tak ada baiknya sedikitpun. Jadi untuk apa mencobanya
jika tak terselip kebaikan di sana.
Sebenarnya bukan itu yang ingin aku ceritakan padamu, hanya sesuatu yang kurang penting. Aku ingin kau membacanya, tapi jika tak mau, tidak apa-apa. Sebab, tak semua ingin melakukan apa yang orang lain perintahkan. Dan aku tak ingin memerintahmu, kita sama-sama tahu saja. Ini dan itu tanpa perlu saling memberitahu.
Aku perekam yang baik, kau sudah tahu itu. Namun belum jadi pencerita yang baik. Ini kesulitanku. Jangankan menuliskan sebuah cerita yang baik, untuk berbicara saja selalu belepetan. Hahaha. Entahlah, mungkin aku perlu latihan, agar aku tahu apa yang kurang dan apa yang lebih. Mencari solusi dari setiap langkah yang telah kubuat. Bukan untukmu, tapi untuk diriku sendiri. Kau tahu sendiri, sulit sekali membuat semua orang senang. Yang bisa aku lakukan adalah membuat sebuah langkah untuk diriku sendiri dan untuk menyenangkan diriku sendiri.
Bukan untuk kamu, dia, atau
mereka. Bukan. Aku saja terus berlatih untuk menyenangkan diriku sendiri, jadi
jangan kau pinta aku untuk menyenangkan dirimu. Aku tak bisa. Aku hanya mampu
membuatmu tersenyum atau sesekali tertawa melepaskan beban yang ada. Tapi seperti
yang kau tahu pula, aku tak kunjung pandai meski setiap hari aku melakukannya. Kau
kadang menangis karena ulahku. Maafkanlah aku tak bermaksud begitu.
Sekali lagi aku perekam yang baik, tapi aku bukan pencerita yang baik. Yang mampu merangkai kata agar semua orang terpesona. Aku hanya melakukan yang aku suka, jika mereka tak suka, aku berharap mereka memberi masukan, bukan sekadar mencaci makiku dengan kata-kata yang kasar.
Baiklah, aku akhiri saja. Sampai di sini apa kau ingin bertanya? Ahahaha aku lupa kalau sekarang aku tidak sedang presentasi atau menjadi pembicara di depan ribuan orang dalam seminar. Aku hanya bercerita padamu tentang ini. Iya kita berdua, aku dan kamu. Atau mungkin bertiga atau berbanyak orang yang mau membaca ini. Tapi seperti yang kau tahu. Siapa yang mau membaca tulisan tak penting dari orang yang kurang pandai bercerita?
Namun, jika kalian berkenan membacanya,
aku sungguh terharu, karena kalian rela meluangkan waktu
kalian yang begitu berharga hanya untuk membaca ini. Dalam lamunan aku membayangkan kau akan menjadi pencerita yang baik dan perekam yang baik—maksudku merekam yang baik-baik—tentang apa saja. Seandainya yang buruk sempat kau simpan tak apa. Olah ia agar menjadi baik dan berguna untukmu.
kalian yang begitu berharga hanya untuk membaca ini. Dalam lamunan aku membayangkan kau akan menjadi pencerita yang baik dan perekam yang baik—maksudku merekam yang baik-baik—tentang apa saja. Seandainya yang buruk sempat kau simpan tak apa. Olah ia agar menjadi baik dan berguna untukmu.
Lho kenapa jadi panjang
begini? Mari lupakan itu, selain jadi perekam yang baik dan pencerita yang
baik. Ada satu lagi yang aku perlukan, menjadi pendengar yang baik. Sebab
terlalu banyak orang yang ingin bercerita sampai lupa caranya mendengarkan.
Posisiku sama spt kamu..makanya aku menemukan tulisanmu ini..
BalasHapusterima kasih sudah mampir :)
Hapus