Jumat, 21 Februari 2014

Ketika Kopi Bertindak

Segelas minuman dengan campuran kopi
menemani sore yang melelahkan.
Untuk melepaskan beban pikiran

Kau teguk dengan penuh harapan:
semua yang tidak menyenangkan, hilang!
Malam yang kelam menggambarkan
keadaan yang mencengkam.
Kau tidak bisa tidur karena
perasaan yang tidak karuan.

Sepasang merpati sudah sama-sama terlelap
karena lelah mengarungi separuh waktu.
Nyamuk-nyamuk berpesta pora
menikmati santapan darah yang berharga.
Sedangkan kau masih terjaga
dengan debar-debar yang mengguncang dada
dan kepala.
Bukan jatuh cinta, hanya debaran semata.

Aku tersadar satu hal: bahwa tak semua hal
bisa sangat menyenangkan.

Ketika kopi yang menenangkan sebagian orang.
Menjadi musibah baru untuk kau seorang.
Sebenarnya, bukan hanya kau yang merasakan.
Di belahan dunia yang luas, ada yang lain.

Kopi bukan jadi cinta matimu.
Ia hanya malaikat penyelamat sesaat.
Dan berubah menjadi setan yang melekat
membuat raga berontak.

Tinggalkan kopimu.
Teguk air putih sebanyak kaumampu
Dan tidurlah di sisi orang yang kau cintai.
Ibumu, bapakmu atau siapapun yang ada di hatimu.


Jakarta, 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)