Minggu, 02 Februari 2014

Diri

di sebuah kamar seorang lelaki termenung.
apa yang ada di pikirannya sudah menggunung.
sedih, kecewa, terluka mengisi relung hati.
ia tak pernah sadar kalau sudah tersakiti.

ia selalu bertanya tanpa pernah dapat jawaban.
orang-orang yang ia temui,
 memberitahu pun enggan.
apa yang terjadi telah merusak hidupnya
kini dan nanti.

kesepian selalu setia.
temannya tinggal kesendirian.
sahabatnya adalah kesunyian.
saudaranya kini hanya malam.

kehidupan terasa terlalu kelam untuk dilanjutkan.
bahkan jika ia tiba-tiba  mati pun
(mungkin) takan ada yang menghiraukan.
tapi ia sadar, dicintai adalah hal yang sulit ia dapatkan.

ia sudah tidak peduli dengan perhatian.
ia telah mengusir jauh rasa ingin dihargai.
bahkan ia sudah tidak percaya
kepedulian orang padanya benar-benar ada.

ia terlalu sering memedulikan hidup orang yang ia cintai.
ia mungkin dibenci karena perkataannya yang sok suci.
mungkin pula tidak disukai karena terlalu berisik.
tapi ia tak pernah berniat sedikitpun untuk membenci.
cukup baginya kesendirian menemani.

hidup memang kadang tak adil.
tapi ia menerima dengan kepala dingin.
walau tak jarang caci maki menghakimi.

ia belum mati.
sampai saat ia masih hidup menyendiri.
memilih untuk mencintai tanpa berharap balasan.
bukan dicintai yang menuntutnya untuk berikan alasan.

Jakarta, 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)