Judul Buku: Tak
Sempurna
Penulis: Fahd Jibran & Bondan Prakoso & Fade2Black
Penerbit: Kurniaesa
Cetakan Ke-1: Febuari, 2013
Tebal: 245 halaman
Penulis: Fahd Jibran & Bondan Prakoso & Fade2Black
Penerbit: Kurniaesa
Cetakan Ke-1: Febuari, 2013
Tebal: 245 halaman
Kami hidup di
dunia yang tak sempurna. Saat pagi memaksa kami pergi sekolah untuk bekerja
keras demi masa depan yang tak jelas. Guru-guru bagai diktator yang meneror
kami agar menanam pohon masa depan yang seragam—disiram hapalan dan dipupuki
serangkaian ujian yang membuat kami ketakutan.
Kamilah anak-anak sampah, seperti kata Tuan dan Puan pemerhati pendidikan, tak punya masa depan! Maka kami ledakkan amarah dan kesedihan kami di jalanan, jadi tawuran atau perkelahian. Kami pecahkan jerawat batu pubertas kami dengan adegan-adegan telanjang di depan kamera atau di tempat-tempat gelap yang rahasia. Kami rayakan kesedihan kami dengan narkoba.
Tapi di mana para orangtua saat kami rindu kasih sayang mereka? Kenapa mereka selalu sibuk? Di mana pemerintah, penegak hukum dan pemuka agama? Kenapa pelajaran moral tak pernah sungguh-sungguh kami dapatkan dari lingkungan kami yang nyata? Di bahu siapa kami bisa menangis? Di dada siapa kami bisa menemukan rasa bangga dan rasa percaya?
Demi kebahagiaan dan waktu bermain kami yang direnggut, direbut, diringkas dan diringkus, kami menyatakan perang pada segala bentuk perampokan dan pengkhianatan terhadap hak-hak kami—baik sebagai anak-anak maupun sebagai manusia.
Kamilah anak-anak sampah, seperti kata Tuan dan Puan pemerhati pendidikan, tak punya masa depan! Maka kami ledakkan amarah dan kesedihan kami di jalanan, jadi tawuran atau perkelahian. Kami pecahkan jerawat batu pubertas kami dengan adegan-adegan telanjang di depan kamera atau di tempat-tempat gelap yang rahasia. Kami rayakan kesedihan kami dengan narkoba.
Tapi di mana para orangtua saat kami rindu kasih sayang mereka? Kenapa mereka selalu sibuk? Di mana pemerintah, penegak hukum dan pemuka agama? Kenapa pelajaran moral tak pernah sungguh-sungguh kami dapatkan dari lingkungan kami yang nyata? Di bahu siapa kami bisa menangis? Di dada siapa kami bisa menemukan rasa bangga dan rasa percaya?
Demi kebahagiaan dan waktu bermain kami yang direnggut, direbut, diringkas dan diringkus, kami menyatakan perang pada segala bentuk perampokan dan pengkhianatan terhadap hak-hak kami—baik sebagai anak-anak maupun sebagai manusia.
Kover
Biasa banget, ga ada yang spesial, Cuma seragam
SMA yang berlumur darah.
Layout
Entah hampir semua buku terbitan
kurniaesa yang saya baca layoutnya tidak ada yang baik, tidak seperti
novel-novel terbitan penerbit lain. pengemasannya biasa banget. Dan (mungkin) pe-layout-nya
terlihat malas membuat paragraf yang masuk ke dalam (atau mungkin ingin tampil
beda?) ok ini bukan masalah besar. Satu lagi yang mungkin enggak masuk di layout
tapi lebih ke produksi, lem perekat buku-buku terbitan kurniaesa mudah sekali
terlepas, buku Hidup Berawal Dari Mimpi dan buku 1000 Malam Untuk Muhammad sudah
terlepas kertasnya, ditambah buku ini, sangat berbeda dengan buku Fahd terbitan
Gagas Media dan Noura Books yang sampai saat ini masih nampak baik.
Judul
Ya, seperti judul lagu B&F2B
Tanda
Baca, Penulisan Kata, dan Ejaan.
Selama
membaca saya tidak mendapatkan kesalahan.
Isi
Enggak ada yang berubah dari cara Fahd
bercerita, mengalir dan asyik. Dan enggak ada yang berubah juga dengan cara
penulis menyampaikan pesannya, selalu di awali dengan pembahasan bertele-tele
yang membuat saya bosan, setelah membaca sampai pertengahan barulah saya merasa
asyik membacanya. Alurnya lambat.
Novel ini mengkritik pendidikan Indonesia,
tapi sayangnya tidak memberikan solusi. Hanya sekadar menceritakan begini lho
kehidupan anak-anak sekolah zaman Rama (nama tokoh), sebab terjadinya konflik
begini, dan akan berakhir begini. Tak ada satupun solusi yang ditawarkan agar
pendidikan menjadi lebih baik lagi.
Untuk mengenai data-data yang penulis
tampilkan mungkin dengan riset yang sangat baik, namun tidak dengan kondisi
sekolah, saya melihatnya penulis sepertinya sangat kurang riset, apa yang
penulis ceritakan lebih mirip adegan-adegan di sinetron, tidak selayaknya
sekolah biasa. Lagu-lagu bondan pun hanya seperti
tempelan saja, tidan benar-benar menyatu dengan cerita.
Jika tidak suka dengan sistem pendidikan yang sekarang ini,
kitalah yang harus mengubahnya menjadi lebih baik lagi. Jika
tak mau lewat jalur sekolah kita bisa lewat jalur non sekolah. Seperti yang kita
ketahui makin banyak orang yang bekerja untuk kebaikan bersama, baik sendiri
maupun bersama-sama. Seperti tumbuhnya banyak komunitas yang konsen
kependidikan semacam Akademi Berbegi, Indonesia Mengajar dan lain sebagainya, saya yakin itu semua lahir karena keresahan akan sistem pendidikan yang saat ini sedang berjalan, yang tidak tahu arahnya akan ke mana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu di sini. :)