Untuk
kalian,
/1/
Aku
menulis surat ini dalam keadaan tenang dan merasa nyaman, meski kemalasan sudah
beberapa bulan menghantuiku, ia terus mengikutiku dan sering menempel pada tubuh
ini. Aku bingung kenapa bisa seperti ini, kalau kalian mengenalku di rentan
waktu 2010 sampai 2012 mungkin kalian akan bilang aku berubah, ya sangat
berubah. Aku sangat senang ketika beberapa orang bilang aku adalah anak muda
yang militant. Tapi, seperti yang orang banyak bilang pula di balik pujian
pasti ada ujian. Pujian itu pula yang jadi ujian buatku. Ternyata aku tak bisa
menjadi apa yang mereka inginkan. Yaitu, menjadi anak muda yang militan.
Pertahananku jebol karena kemalasan seolah jadi kekasih yang tak mau lepas
dariku.
/2/
Sungguh
sebuah kesalahan yang fatal karena telah membuang-buang waktu begitu saja. Aku
menyesal karena tak berani melawannya. Bahkan kedisiplinanku rontok bersama
waktu yang terus berlalu. Tapi biarlah itu jadi bahan pembelajaran buatku,
senang sekali kalau kalian mau mendengarkan sedikit ceritaku. Sekarang izinkan
aku menceritakan sedikit kisah tentang apa yang telah aku amati selama hampir
setahun berkenalan dengan kalian.
/3/
Aku
lupa tepatnya kapan, saat itu aku memutuskan untuk terjun kedunia tulis
menulis. Sudah aku pasti aku harus mengenal berbagai macam buku. Karena aku
belum tahu banyak, bergabunglah aku dengan kalian. Siapa yang menyangka
ternyata berkumpul dengan sesama anak muda membuat jiwa mudaku berguncang
hebat. Kita berbagi banyak hal dan tentang apapun, hingga kadang bahasan buku pun
terlupakan. Berbeda dengan grup umum yang aku ikuti sebelumnya, di sana lebih
banyak orang dewasa. Meski sikap kekeluargaannya sangat erat, tapi aku tak
leluasa berbicara, karena aku paling muda, aku tak bebas mengungkapkan apapun yang
aku rasakan. Berbeda ketika aku bersama kalian. Aku merasa senang, karena bebas
berbicara apapun, walau saat membahas buku, aku tak terlalu banyak tahu.
/4/
Di
manapun tempatnya, pasti ada saja yang keluar dari aturan. Sampai pada waktu
itu kita memecah diri dengan membuat “Rumah” baru untuk kita menuangkan banyak
hal tanpa perlu ada aturan. Di awal aku mengusulkan ide agar di rumah baru itu,
kita tak hanya dipakai untuk mengobrol ngalor ngidul soal banyak hal, tapi ada
karya yang dihasilkan. Ya, aku mengusulkan proyek bulanan untuk rumah kita,
semacam piket, kita wajib berkarya dengan membuat satu tulisan dalam sebulan. Pikirku,
jika tak dapat menulis satu hari satu tulisan, seminggu satu tulisan, apakah
sebulan sekali juga tidak bisa? Sampai akhirnya diantara kita yang tak suka
menulis jadi suka menulis, yang senang menulis jadi tambah semangat, dan lain
sebagainya. Aku tahu, tak semua menyukai menulis, dan masing-masing dari kita punya
kesukaan yang berbeda. Tapi yang membuat saya senang adalah, ketika kita semua bisa membaur dan
semangat berkarya dalam perbedaan itu.
/5/
Aku
lebih senang lagi ketika hari demi hari kita selalu diisi dengan banyak hal. Di
rumah baru aku dapat belajar dengan sesungguhnya. Jika ada istilah belajar
sambil bermain, di rumah baru kita, aku juga merasakan itu. Kita belajar sambil
bermain, ya bermain sambil belajar. Rumah yang selalu ramai membuat kita enggan
pergi untuk mencari kepuasan di luar rumah. Karena di rumah kita bisa dapatkan
banyak hal. Rumah yang selalu membuat kita ingin cepat-cepat pulang rumah jika
kita sedang sibuk dengan aktifitas di luar. Rumah yang selalu kita rindukan
dengan percakapan yang selalu kita tunggu-tunggu. Sampai-sampai beberapa dari
kita enggan beranjak dari duduknya hanya karena bahasan yang kita bina selalu
menarik untuk di simak.
/6/
Terlepas
dari semua itu, aku mengenal baik kalian, meski tak sebaik kalian mengenal diri
kalian sendiri. Walaupun (mungkin) kalian tak mengenal baik aku. Itu bukan
masalah, buat aku, mengenal jauh lebih baik dari pada terkenal atau dikenal.
Karena saat mengenal, aku bisa belajar banyak hal dari apa yang aku kenali. Di
rumah kita hidup ber-16. Berbagai macam sifat, perangai dan karakter kalian
sedikit banyak aku tahu. Dari yang jarang muncul, disiplin, ambekan, suka
berbagi, lembek, yang memilih diam ketika ada masalah, malas, yang punya rasa sensitif
tinggi, ada pula yang malas membaca keadaan dan cenderung hanya ingin yang
instan saja. Beberapa dari kalian ada yang pandai menyimpan duka dengan
senyuman dan kegembiraan. Tak jarang beberapa orang tampil bijaksana meski
sering dibully, ada yang cuek atau tak peduli akan beberapa tindakannya yang
mungkin membuat orang segan atau bahkan benci padanya. Ada juga yang suka memaksakan
kehendaknya.
/7/
Di
baik semua itu ada satu yang musti dimiliki, yaitu peka akan keadaan. Mungkin
buat kalian peka itu tak penting, tapi sesekali kalian musti memilikinya, hidup
tak melulu mengabaikan omongan orang lain yang tak baik, tapi mendengarkanya meski
pahit adanya. Kita bisa belajar dari sana tentang banyak hal, ya, banyak hal
yang bisa membuat kita menjadi lebih baik. Kita semua bersatu dalam perbedaan,
mengemasnya menjadi kekuatan untuk perubahan. Senang sekali ketika aku bisa
ikut berkumpul dengan kalian, membagi banyak hal yang tak semua orang mau
mendengarkannya. Memberi masukan yang bisa membuat aku jadi lebih baik, serta
mengajariku bahwa kebersamaan itu berharga.
/8/
Namun
waktu berkata lain, yang aku bayangkan tidak semuanya berjalan dengan baik. Aku
tahu, waktu tidak mengajarkanku dengan lembut, tapi dengan cepat. Sayangnya aku
tak dapat mengambil semua yang ia ajarkan dengan cepat, serta tak dapat
menyimpan semua kenangan dengan baik. Proyek bulanan kini telah jadi spesies
yang mungkin sebentar lagi akan punah. Tak perlu kita bahas soal sibuk, kita
semua tahu mana yang terbaik untuk diri kita. Sering kali aku begitu cerewet
untuk woro-woro soal proyek,
siapa-siapa saja yang belum dan siapa-siapa saja yang sudah. Tapi nampaknya itu
tak baik buatku, karna aku jadi terlihat seperti orang yang sok dan cenderung
bawel. Aku memutuskan untuk menghentikan kegiatan itu, aku memilih untuk diam
dan belajar, karena buatku proyek bulan bukanlah beban, tapi tempatku belajar.
/9/
Dulu
kita semua berjanji jika ada masalah kita selesaikan bersama, tapi nampaknya
itu hanya jadi slogan saja. Banyak dari kita yang tak dapat melakukan itu
dengan baik. Terbukti dari cara beberapa dari kalian yang memilih menutup luka
sendirian. Seperti bisul, jika bisul itu sudah terlalu lama dipendam dan tidak
diobati, ketika sakitnya memuncak akan pecah juga. Aku tak mau lebih banyak lagi
berbicara, karena selain lelah, aku juga sudah cukup pusing. Mungkin sebagian
dari kalian ada yang beranggapan aku bawel, sok disiplin dan lain sebagainya. Mungkin
juga kalian tak suka dengan beberapa atau bahkan semua hal yang aku lakukan. Jika
memang begitu, maafkanlah, karena aku memang tempatnya salah. Namun, aku tak
pernah bermaksud begitu. Semua yang aku lakukan semata-mata karena aku peduli
dengan rumah kita. Oke mungkin lebay bin alay jika aku bilang “saya peduli”,
tentu kalian semua peduli dengan rumah tempat kita tinggal.
/10/
Sekarang
aku hanya ingin ikut ke mana angin membawa, tapi tak tergerus debu. Aku kira
semua sudah cukup dewasa. Bisa berpikir mana yang baik mana yang salah. Kesalahan
yang sering terjadi adalah ketika ada yang tak enak hati hanya disimpan
sendiri. Kadang aku bosan jika ada diskusi yang bahasannya tak jauh-jauh dari
itu lagi itu lagi. seolah bahasan itu tak pernah berakhir dengan hasil yang
menyenangkan, menggantung dan tidak pasti. Sering kali aku hanya capek ngetik. Tapi
aku tak mau menyalahkan siapapun, itu semua salahku yang selalu cerewet dalam
berdiskusi, sedangkan yang lain kadang hanya silent reader. Kita ber-16, namun sayangnya hanya itu-itu saja yang
muncul jika ada hal-hal penting untuk didiskusikan. Tidak perlu membahas sibuk.
Aku sudah malas menanggapi yang hanya bilang "aku ikut aja deh",
"aku terserah deh" dan lain sebagainya. Kalau memang serius, ya ikut
komentar. Agar tiap masalah yang ada
tuntas. Bukan berlarut-larut yang tak pernah menghasilkan sesuatu kesepakatan,
namun masalah baru kembali hadir.
/11/
Aku
tak berhak menuntut banyak hal pada kalian, toh aku mungkin bukan siapa-siapa
buat kalian, hanya sebatas teman. Tapi buat aku, kalian lebih dari sekadar
teman atau sahabat. Meski sebagian belum pernah aku temui, kalian sudah aku
anggap seperti keluarga. Orang-orang yang enggak mungkin aku temui di tempat
lain. Aku minta maaf jika selama ini banyak melakukan salah, orang yang banyak
berbicara sering kali yang paling banyak salah. Dan itu saya. Terima kasih
untuk pertemanan yang hangat, persahabatan yang erat, serta telah menjadi
keluarga yang selalu mendengarkan. Aku tak ingin menuntut banyak, karena ini
adalah skenario yang telah Allah berikan. Semoga kita dapat mengamalkan apa
yang Nabi Muhammad SAW serukan, “Hendaklah kalian bersatu padu dan tidak
berselisih paham.” Aku selalu berharap semua akan membaik, meski untuk menjadi
seperti dahulu adalah hal mustahil. Tapi setidaknya kita bisa bersatu kembali
dalam perbedaan. Namun jika bubar adalah jalan yang terbaik, semoga kita masih
bisa terus berteman baik, tanpa ada perselisihan yang membuat kita enggan
bertegur sapa.
/12/
Waktu
terus berganti. Pada saatnya nanti semua akan ikut berubah, yang ramai akan
sepi, meski mungkin ia akan datang lagi. Seperti kita yang satu sama lain
saling menanti. Ketahuilah aku tak pandai membuat kata-kata manis agar kalian
bisa menangis, tak pula pintar membuat surat agar kita tetap erat, tapi saya menyelesaikan
tulisan ini dengan perasaan tidak karuan, saya sedih, saya kecewa, dan saya
terluka. Tapi percayalah saya selalu bahagia ketika membayangkan semua akan
kembali baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu di sini. :)