aku berjalan ke menuju
keramaian kota,
lalu berhenti sejenak
untuk berdiam diri.
membayangkan beberapa
banyak tindakan yang terburu-buru.
tanpa pikir panjang semua
aku kerjakan dengan cepat.
ada yang aku syukuri ada
pula yang aku sesali.
terbesit bayangan ketika amarah menguasai diri.
hati nuraniku bertanya: apa
untungnya kau marah?
pikiranku menjawab: aku
tidak kuat kalau harus memendamnya
berlama-lama.
memang memendam itu baik,
tidak akan melukai orang
lain,
tidak akan ada orang yang
tersinggung
dan tidak pula ada orang
yang membenci,
kecuali diri sendiri.
tapi aku meyakini bahwa
memendam
tidak melulu baik untuk
orang lain,
terlebih untuk diri
sendiri.
sesekali harus kau keluarkan.
luka akan membusuk
dan menjadi lebih parah
jika terlalu lama tak
diobati.
Begitu pula amarah.
keluarkan ia agar tidak
membuatnya semakin parah.
walaupun amarah jarang
menyelesaikan masalah
tapi setidaknya, ketika ia
keluar.
aku bisa tenang.
kau pernah bertanya,
apakah aku iklas
memberikan apa yang kau minta?
aku jawab, iya.
tapi percayalah beberapa
jawaban “iya”
itu hanya keluar dari
mulut saja, tidak di hati.
meskipun tidak semua
begitu,
sering kali keduanya
menjawab, iya.
menurutku iklas adalah
proses di mana hati,
mulut, dan pikiran tidak
bisa menjawab ketika ditanya.
sebab ia telah menyerahkan
semuanya
tanpa merasa terpaksa
untuk menjawabnya.
Tuhan yang maha memberi saja
tak pernah mempertanyakan
atau dipertanyakan
keikhlasannya
memberi banyak hal pada
kita.
apa pantas kau bertanya
soal keiklasan
yang bahkan Tuhan pun
tak pernah mempertanyakannya?
Jakarta, 2014
tak pernah mempertanyakannya?
Jakarta, 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu di sini. :)