Di sebuah ruang kecil kita berkumpul
dengan rasa saling memiliki. Ketidaknyamanan seolah dibungkam rasa senang.
Kesedihan seolah dibuat diam oleh tawa serta canda yang terus mewarnai hari.
Tapi kau tahu, ternyata tak pernah ada yang benar-benar menetap di suatu tempat
atau keadaan. Termasuk rasa tersebut. Kau bisa tiba-tiba senang, sedih, bahagia
atau terluka. Mulutmu tidak bisa terus menerus tertawa di saat hati berduka.
Matamu pun bisa mengeluarkan air mata jika terlalu bahagia. Bahkan kau bisa
gila jika terus menerus memikirkan semua masalah yang ada.
Satu yang pasti, tak ada yang benar-benar setia dalam hidup ini, kecuali kau benar-benar
bisa menjaganya. Seperti yang kita tahu menjaga adalah pekerjaan yang jauh lebih
sulit ketimbang memiliki. Memang sulit, tapi itulah tantangan yang harus kau
hadapi setiap harinya. Kau bisa saja cuek dengan tidak memikirkannya, tapi
suatu saat kau akan merasakan akibatnya, meski belum tentu kau yang akan
mendapatkan akibat itu.
Jika umur yang menjadi patokan dalam kedewasaan, mungkin umurku berada di tengah.
Di mana ada yang lebih tua dariku dan lebih muda dariku. Aku sadar akan
perubahan. Dan aku tak bisa menolaknya. Seperti yang aku tulis di atas. Semua
bisa berubah. Bahkan jika kau bilang perubahan itu mustahil terjadi. Aku akan
tetap percaya bahwa perubahan akan
terus menerus terjadi tiap detiknya.
Aku selalu berharap agar bisa menjadi
lebih dewasa, bukan untuk membandingkan diriku dengan orang lain, tapi dengan
diriku hari kemarin. Seperti yang banyak orang yakini bahwa kedewasaan seseorang
tidak diukur dari umurnya tapi cara berpikir dan bertindak. Ya, aku sedang belajar
soal itu. Bukan Cuma kemarin, hari ini, atau besok. Tapi selama aku hidup.
Saking semangatnya aku belajar, aku sering lupa bahwa tak semua tempat bisa
jadi tempat aku praktik soal kedewasaan. Mungkin caraku belajar telah membuat
sebagian—atau mungkin semua—orang tak suka dengan caraku bersikap dan
bertindak. Aku seolah sok menguasai, cerewet dan lain sebagainya. Tapi dari
sana aku belajar lagi, bahwa tak semua orang siap diajak berubah. Maka aku
ingin memulainya dari diriku sendiri dengan menjadi diri sendiri.
Sesungguhnya aku tak pernah pernah
bermaksud melakukan seperti yang hendak tuan & puan kira. Aku hanya ingin
belajar menjadi dewasa, sebab pikiran serta tingkah lakuku masih
kekanak-kanakan. Tanpa sadar mungkin aku sering membuat luka dengan sikap dan
perkataanku yang seenaknya saja. Jika tanya dan pernyataan hanya akan melukai. Semoga
permohonan maaf bisa mewakili.
Mari belajar mendewasa bersama :)
BalasHapusMari :)
Hapus