Selasa, 28 Januari 2014

Ingin Belajar Dewasa

Di sebuah ruang kecil kita berkumpul dengan rasa saling memiliki. Ketidaknyamanan seolah dibungkam rasa senang. Kesedihan seolah dibuat diam oleh tawa serta canda yang terus mewarnai hari. Tapi kau tahu, ternyata tak pernah ada yang benar-benar menetap di suatu tempat atau keadaan. Termasuk rasa tersebut. Kau bisa tiba-tiba senang, sedih, bahagia atau terluka. Mulutmu tidak bisa terus menerus tertawa di saat hati berduka. Matamu pun bisa mengeluarkan air mata jika terlalu bahagia. Bahkan kau bisa gila jika terus menerus memikirkan semua masalah yang ada.

Satu yang pasti, tak ada yang benar-benar setia dalam hidup ini, kecuali kau benar-benar bisa menjaganya. Seperti yang kita tahu menjaga adalah pekerjaan yang jauh lebih sulit ketimbang memiliki. Memang sulit, tapi itulah tantangan yang harus kau hadapi setiap harinya. Kau bisa saja cuek dengan tidak memikirkannya, tapi suatu saat kau akan merasakan akibatnya, meski belum tentu kau yang akan mendapatkan akibat itu. 



Jika umur yang menjadi patokan dalam kedewasaan, mungkin umurku berada di tengah. Di mana ada yang lebih tua dariku dan lebih muda dariku. Aku sadar akan perubahan. Dan aku tak bisa menolaknya. Seperti yang aku tulis di atas. Semua bisa berubah. Bahkan jika kau bilang perubahan itu mustahil terjadi. Aku akan tetap percaya bahwa perubahan akan
terus menerus terjadi tiap detiknya.


Aku selalu berharap agar bisa menjadi lebih dewasa, bukan untuk membandingkan diriku dengan orang lain, tapi dengan diriku hari kemarin. Seperti yang banyak orang yakini bahwa kedewasaan seseorang tidak diukur dari umurnya tapi cara berpikir dan bertindak. Ya, aku sedang belajar soal itu. Bukan Cuma kemarin, hari ini, atau besok. Tapi selama aku hidup.


Saking semangatnya aku belajar, aku sering lupa bahwa tak semua tempat bisa jadi tempat aku praktik soal kedewasaan. Mungkin caraku belajar telah membuat sebagian—atau mungkin semua—orang tak suka dengan caraku bersikap dan bertindak. Aku seolah sok menguasai, cerewet dan lain sebagainya. Tapi dari sana aku belajar lagi, bahwa tak semua orang siap diajak berubah. Maka aku ingin memulainya dari diriku sendiri dengan menjadi diri sendiri. 


Sesungguhnya aku tak pernah pernah bermaksud melakukan seperti yang hendak tuan & puan kira. Aku hanya ingin belajar menjadi dewasa, sebab pikiran serta tingkah lakuku masih kekanak-kanakan. Tanpa sadar mungkin aku sering membuat luka dengan sikap dan perkataanku yang seenaknya saja. Jika tanya dan pernyataan hanya akan melukai. Semoga permohonan maaf bisa mewakili. 

2 komentar:

Tinggalkan jejakmu di sini. :)