Kamis, 09 Januari 2014

Kata Hati




Judul Buku: Kata Hati
Penulis: Bernard Batubara
Penerbit: Bukune
Cetakan Ke-3: Oktober 2012
Tebal: 196 halaman

"Ini tentang kisah kehilangan,
ketika kau mendapati separuh hatimu kosong dan merapuh
Atas nama ketidakpercayaan,
kita telah saling mengucapkan selamat tinggal.

Ketika tak ada lagi yang bisa kau percaya, ikuti kata hati.
Begitu seharusnya, bukan?

Dan, hati ini membawaku kembali kepadamu.
Tapi, kau tak lagi berada di tempat kita dahulu.
Apakah kau telah menemukan separuh hati lain-- selain hatiku?"

***
     Randi kembali diam. Betapa jauh dalam hatinya ia berharap orang yang membuat Dera bahagia adalah dirinya sendiri. Betapa ia berharap tak pernah ada pengkhianatan hingga perpisahan pun tak perlu terjadi. Betapa ia berharap sayang dan rasa percaya saja sudah cukup. Betapa ia berharap hanya dengan dimasuki oleh satu orang, hati sudah merasa lengkap. Tak perlu dua, tiga, atau empat.

    Namun, cinta tak pernah berjalan mulus. Semakin panjang semakin rumit, semakin sulit pula menjaganya agar tak tumbang dihajar angin kencang, atau jatuh tersandung kerikil.

Buku ini memiliki kover yang menarik. Tapi ada yang membingungkan, kenapa gambarnya gelas yang di dalamnya ada gambar love. Di pinggir-pinggirnya di hiasi kembang. Ah entahlah maksudnya apa. apa karena pertemuannya tokohnya di sebuah kafe?

Judulnya nampak pasaran sekali ya? Tapi nggak jadi masalah. Hanya saja sub judulnya malah tidak jelas maksudnya. Setelah “kata hati” ada lanjutan “Sebutlah itu cinta” membingungkan

Tanda Baca, Penulisan Kata dan Ejaan. Sudah pas. Saya tak menemukan banyak kesalahan hanya ada beberapa saja.

Buku ini bergenre romance, ya genre yang baru beberapa kali saya baca. Membaca buku ini berharap akan mendapatkan kisah cinta yang berbeda, meski saya tahu kisah cinta ya begitu-begitu saja. Sama dengan genre apapun biasanya yang berbeda adalah cara bercerita dan teknik menulisnya saja. Tapi ternyata harapan saya sirna karena membaca buku ini terasa biasa saja, saya membayangkannya malah seperti menonton FTV dengan konflik yang datar. Tidak ada emosi yang keluar, dan saya tidak merasakan ada yang greget dari cerita yang disampaikan penulis.

Meskipun begitu, cara bercerita penulis sangat mengalir dan rapi sehingga tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan buku setebal 196 halaman ini. Percakapan yang pendek-pendek tanpa penjelasan dan ada beberapa percakapan yang sama. Terlihatnya malah jadi seperti kurang perbendaharaan kata. Itu lagi, itu lagi yang disampaikan. Tapi terlepas dari itu semua, buat saya yang baru belajar menulis fiksi, ini jadi bahan belajar. Membaca sambil belajar dari karya penulis lain lebih tepatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)