Kamis, 03 Oktober 2013

Cukup Sehari

Setiap yang mencinta pasti pernah tersakiti, yang datang pasti akan pergi. Semua tinggal menunggu waktunya. Tapi, apakah yang terjadi bisa begitu mudah kita terima? Ada yang mudah ada yang sulit. Dan dalam menyikapinya pun berbeda-beda caranya. Ada yang bisa dengan cepat melupakan, ada pula yang butuh waktu lama. Kehilangan dan kepergian bukanlah akhir segalanya. Karna yang bahagia adalah mudah membagi porsi sedih dan senang dalam hatinya. Sehingga ia tak harus berlama-lama di rundung rasa kehilangan.

Kehilangan sahabat, teman, dan kehilangan apapun, apa lagi gebetan, pasti tidak enak. Di mana-mana kehilangan selalu meninggalkan luka. Tapi, apa ingin terus larut dalam air mata kesedihan? Ikut mengalir di sungai duka berkepanjangan? Hidup harus terus berjalan apapun kondisi yang di hadapi, diam berarti mati. Apa ingin raga ini hidup tapi seperti mati? Masa cuma gara-gara kehilangan gebetan, semangat hidup hilang,  seolah dunia ini berhenti ketika dia pergi. Seharusnya tidak begitu, masih banyak hal yang perlu dilakukan. Umur masih muda, perjalanan masih panjang –Walau kita tidak tahu kapan yang maha kuasa akan memanggil—. Bukan cuma gebetan dan pacar yang perlu dibahagiakan, tapi banyak orang –Ya membuat semua orang senang memang sulit, tapi setidakya bisa membahagiakan orang tua—.

Jangan dipikirin rasa itu, semakin kita memikirkannnya semakin sering rasa itu hadir. Semakin kita berusaha melupakannya, rasa itu akan terus ada. Jadi, lebih baik santai saja.


Apa kau pernah patah hati? 
Pernah. Waktu itu saya tidak hanyut dalam rasa tersebut. Lebih memilih menyibukan diri dengan Allah. Memeriksa kembali ibadah saya sudah benar? sudah teratur? atau hidup ini hanya saya pergunakan untuk memikirkan dunia saja? Mengapa ketika disakiti manusia saya bisa merasakan sakit yang begitu dalam dan terluka sampai seperti itu?. Tapi, jika melukai yang menciptakan, melalaikan perintahNya saya bisa dengan santai menjalani hidup. Padahal, dia pemilik alam semesta.



Sebaik-baik curhat dan kembali hanya kepada Allah. Jadi, sehari cukup buat  menghilangkan rasa itu. Tapi mungkin kadar rasa pada manusia berbeda-beda. Mungkin yang saya rasakan begitu sedikit. Tapi begitulah yang saya lakukan saat saya terluka. Saya bisa bisa menerima dengan ikhlas dan lapang dada. Tenang rasanya. Semua pasti akan berganti. senang, sedih, kecewa, gembira semua ada masanya. Karna semua hanya titipan suatu saat pasti diambil.


Rasulullah yang mulia mengajarkan. "Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena cintanya pada Allah, maka Allah akan ganti dengan sesuatu yang lebih baik".


Ya, seperti itulah cinta. Ada suka, ada duka. Seperti kata ulama. "Kalau cinta pada makhluk atau benda, jangan taruh di hati. Taruhlah di luar hati. Karna, jikalau mereka pergi, kita bisa ikhlas menerimanya. Cukup Allah yang ada di hati, karna ia pemilik segalaNya."

Ustad Arifin berkata: "Hidup ini sebentar sahabatku, jangan karena memilih kesenangan dunia sebentar ini lalu kita menderita berkepanjangan di akhirat."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)