Sabtu, 28 September 2013

Rahasia Penjual Jamu

"Jamu... jamu... jamunya, Mbak. Mas?" Suara itu terdengar tidak asing di telinga saya. Ibu saya langsung membuka pintu dan keluar rumah. Saya menyusul ibu, "sudah lama juga tidak meminum jamu. Mau ah sekali-kali." Pikir saya.

Sesampai di luar rumah ada beberapa orang tetangga yang sedang menikmati jamu. Satu persatu menenggaknya dengan nikmat. Ada yang merem melek, ada pula yang biasa saja, seperti minum air putih. Kita semua pasti tahu manfaat jamu untuk tubuh. Jamu yang di minum tentu bukan jamu kemasan tapi jamu yang dibuat sendiri seperti kunyit, kencur dan lain sebagainya.

Di tengah ramainya penjual jamu instant yang membuat dengan cara di blander, jamunya ditambah dengan gula biang dll. Penjual jamu ini berkembang dengan caranya sendiri. Seolah tak mau ikut-ikutan meramaikan perkembangan jaman, jamunya masih diolah dengan cara traditional. Dia membuatnya tidak pakai gula biang --saya sering menemui beberapa penjual yang rasa jamunya sudah bercampur gula biang--, yang membuat tenggorokan saya tida nyaman. Keaslian jamu buatan Ibu itu yang membuat ia bertahan sekian lama menjadi penjual jamu yang dicintai pelanggannya.


Selain itu ada hal unik lainnya. Dia masih mengenakan pakaian penjual jamu jaman dulu. Masih dengan sarung (yang biasa dikenakan wanita, saya lupa namanya), kebaya dan rambut disanggul. Mungkin kita bertanya-tanya. Mengapa jaman sudah se-modern ini masih ada yang menggunakan pakaian seperti itu? Apa nggak ribet? Buat dia itu sudah jadi kebiasaan, jadi susah diubah. Semacam seragam untuk kerja. Tapi jika di rumah pakaiannya seperti biasa.

Ada lagi yang unik, sama seperti Bapak penjual roti yang saya temui kemarinnya, keramahan dan kebaikannya Ibu ini tidak berubah. Namun ada yang berbeda dengan Bapak kemarin. Ibu penjual jamu ini masih tampak muda di usianya yang kurang lebih sudah menginjak 50 tahun. Di usia yang tidak muda lagi ia masih mencari nafkah untuk keluarga, entah suaminya masih ada atau tidak saya tidak tahu pastinya. Dia punya rumah sendiri di kampung. Di Jakarta dia mengontrak. Perjalanan mengajarkan banyak hal. Yang konsisten yang akan berhasil. Sekecil apapun yang dilakukan, akan berbuah.

Apa rahasia awet muda dia? silakan tanyakan sendiri padanya. Hehehe


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)