Senin, 24 Maret 2014

Pemimpin Negeri Isberiu

Di dunia fiksi sedang ada pesta demokrasi. Oh bukan ini bukan dunia fiksi, ini dunia yang lebih seru dari fiksi—setidaknya menurutku. Karena di sini kau bisa berbuat apa saja seperti yang kau mau tanpa harus ada yang memarahimu dan menghukummu. Apapun yang kau lakukan tak akan dipedulikan orang-orang, tentu jika tidak ketahuan. Jika kau punya kekuasaan, kau cuma perlu menunjuk ini dan itu, semua bisa terwujud. Mimpi masih tetap ada, tapi itu hanya jadi pilihan rakyat saja, sedangkan penguasa tak perlu bermimpi, apa yang diminta pasti terpenuhi.

Di Negeri Isberiu pesta demokrasi cuma basa-basi. Di mana calon pemimpin negeri akan berganti tak tahu akan seperti apa nanti. Apa kau mengenal pemimpin kami saat ini? Itu lho yang selalu prihatin jika ada masalah menimpa negeri kami tanpa berbuat apa-apa. Kami sebagai rakyat tak bisa berbuat apa-apa, hanya berdoa agar semua baik-baik saja. Ada yang bilang; “pekerjaan pemimpin negeri itu banyak, tak hanya mengurusi permintaanmu saja.”

Aku tahu itu, dan tak perlu kau ajari aku tentang itu. Ketika siapa pun memutuskan untuk jadi pemimpin, harus siap dengan apapun yang terjadi. Harus bisa pula merangkul orang-orang di bawah. Bukan sok pahlawan dengan bekerja sendirian. Lalu berkoar-koar. “aku sudah melakukan ini dan itu. Kau harusnya menghargai itu! Apa ada yang salah sehingga kau berisik sekali mengusikku di singgah sana?”

“Hei hei aku rakyatmu. Berhak menuntut ini dan itu seperti janji-janjimu saat kampanye sebelum jadi pemimpin. Jika kau mengeluh tentang pekerjaanmu, seharusnya kau malu. Seharusnya kau tahu, jadi pemimpin negeri bukan soal menyenangkan keluargamu, tapi juga rakyatmu. Karena tugasmu begitu. Kalau kau berpikir bukan begitu mungkin cita-citamu jadi pemimpin salah. Kenapa tak jadi rakyat saja?"

Tapi nampaknya dia lupa itu. Berkali-kali kami mengingatkan dan dia tak pernah mau menghiraukan. Aku belum menentukan pilihan untuk pemilihan umum yang sebentar lagi diadakan. Harapanku yang jadi pemimpin mendatang tak seperti pemimpin Negeri Isperiu hari ini. Jendral perang yang selalu prihatin dengan keadaan negerinya. Oh aku sedikit lupa, dia Jendral perang atau bukan ya? Sudahlah bahkan aku tak tahu banyak tentang beliau, yang aku tahu, di setiap kesempatan ia selalu prihatin. Itu saja.

Jangan bilang di negaramu begitu, cukup di negaraku saja yang begitu. Meski kenyataan lebih pahit ketimbang hayalan. Semoga di negeramu adanya tak ada pemimpin yang prihatin dan lamban memutuskan sesuatu untuk kesejahteraan atau keamanan rakyatnya. Karena, bisa-bisa kau mati karena menunggu persetujuaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)