Di dunia fiksi sedang
ada pesta demokrasi. Oh bukan ini bukan dunia fiksi, ini dunia yang lebih seru
dari fiksi—setidaknya menurutku. Karena di sini kau bisa berbuat apa saja
seperti yang kau mau tanpa harus ada yang memarahimu dan menghukummu. Apapun
yang kau lakukan tak akan dipedulikan orang-orang, tentu jika tidak ketahuan. Jika kau punya
kekuasaan, kau cuma perlu menunjuk ini dan itu, semua bisa terwujud. Mimpi
masih tetap ada, tapi itu hanya jadi pilihan rakyat saja, sedangkan penguasa
tak perlu bermimpi, apa yang diminta pasti terpenuhi.
Di Negeri Isberiu pesta demokrasi cuma basa-basi. Di mana calon pemimpin negeri
akan berganti tak tahu akan seperti apa nanti. Apa kau mengenal pemimpin kami
saat ini? Itu lho yang selalu prihatin jika ada masalah menimpa negeri kami tanpa
berbuat apa-apa. Kami sebagai rakyat tak bisa berbuat apa-apa, hanya berdoa agar
semua baik-baik saja. Ada yang bilang; “pekerjaan pemimpin negeri itu banyak,
tak hanya mengurusi permintaanmu saja.”
Aku tahu itu, dan tak
perlu kau ajari aku tentang itu. Ketika siapa pun memutuskan untuk jadi pemimpin, harus siap dengan apapun yang terjadi. Harus bisa pula merangkul orang-orang di bawah.
Bukan sok pahlawan dengan bekerja sendirian. Lalu berkoar-koar. “aku sudah
melakukan ini dan itu. Kau harusnya menghargai itu! Apa ada yang salah sehingga
kau berisik sekali mengusikku di singgah sana?”
“Hei hei aku rakyatmu.
Berhak menuntut ini dan itu seperti janji-janjimu saat kampanye sebelum jadi
pemimpin. Jika kau mengeluh tentang pekerjaanmu, seharusnya kau malu. Seharusnya
kau tahu, jadi pemimpin negeri bukan soal menyenangkan keluargamu, tapi juga
rakyatmu. Karena tugasmu begitu. Kalau kau berpikir bukan begitu mungkin
cita-citamu jadi pemimpin salah. Kenapa tak jadi rakyat saja?"
Tapi nampaknya dia lupa itu. Berkali-kali kami mengingatkan dan dia tak pernah mau menghiraukan. Aku
belum menentukan pilihan untuk pemilihan umum yang sebentar lagi diadakan. Harapanku
yang jadi pemimpin mendatang tak seperti pemimpin Negeri Isperiu hari ini. Jendral
perang yang selalu prihatin dengan keadaan negerinya. Oh aku sedikit lupa, dia
Jendral perang atau bukan ya? Sudahlah bahkan aku tak tahu banyak tentang
beliau, yang aku tahu, di setiap kesempatan ia selalu prihatin. Itu saja.
Jangan bilang di
negaramu begitu, cukup di negaraku saja yang begitu. Meski kenyataan lebih
pahit ketimbang hayalan. Semoga di negeramu adanya tak ada pemimpin
yang prihatin dan lamban memutuskan sesuatu untuk kesejahteraan atau keamanan rakyatnya. Karena, bisa-bisa kau mati karena menunggu persetujuaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu di sini. :)