Waktu cepat sekali berlalu, tanpa ada yang
tahu tiba-tiba sudah tiga tahun berlalu. Lebay ya. iya memang lebay. Hehe. Tapi
ada benarnya, karna tiga tahun berlalu begitu cepat, rasaya baru kemarin saya
datang ke kampus dan duduk di kelas yang kosong. Tidak ada satupun orang di
sana, hanya ada puluhan bangku yang tersusun rapi, papan tulis, meja dosen
beserta CPU dan keybord, layar proyektor yang diam membisu. Setengah jam
berlalu, namun tidak ada satupun yang datang mengetuk pintu.
Saya bertanya sendiri dalam hati. “pada ke
mana penghuni kelas ini? tidak masukkah dosennya? Tapi mengapa tidak ada
satupun mahasiswa yang datang ke kelas ini? Apa mereka sudah tahu kalau
dosennya tidak hadir?”
Di lantai bawah banyak mahasiswa-mahasiswa
yang sedang berbincang-bincang, tapi entah apa yang di bicarakan. Saya tidak
tahu dan tidak mau tahu. Empat puluh
lima menit berlalu, kelas ini masih kosong. Saya beranjak dari tempat duduk
saya dan pintu ruangan terbuka. Seorang mahasiswa datang.
“Ah setidaknya saya tidak sendiri di sini.”
Gumam saya
“Dosennya ke mana, mas?” tanyanya.
“Saya tidak tahu mas. Dari tadi saya hanya
sendirian di sini.”
“Ya udah ayo ikut saya.” Dia mengajak
saya. Dari wajahya terlihat dia sudah senior dan cukup mengenal kampus ini.
Kami turun ke lantai 1, menanyakan ke
mbak-mbak di ruang administrasi. “Mbak, mata kuliah logika matematika di ruang
apa ya?”
“Di c5 mas.”
“Lah itu dijadwal tertulis di c3, Mbak?”
“Iya mas, proyektorya rusak, jadi pindah.”
Saya dan dia masuk ke ruangan c5, kelas cukup penuh pada waktu itu. Dia
yang sudah kenal dengan beberapa penghuni ruangan, langsung berbaur. Sedangkan saya
duduk paling belakang. Tiga puluh menit berlalu, kelas selesai. Iya saya cuma duduk
tiga puluh menit dan kelas selesai. Oh saya
mengutuk apa yang saya lakukan di kelas kosong tadi.
"Hari pertama yang mengesankan." Gumam saya.
Menunggu memang tak selalu
menghasilakan sesuatu.
***
Tiga tahun adalah pelajaran dan perjalanan
yang saya lalui dengan cepat. Saya mulai kenal banyak mahasiswa-mahasiswa yang seangkatan
dan senior. Layaknya anak STM kebersamaan terjalin erat. Tawa serta canda jadi
pengisi hari-hari kita di kampus. Kuliah di kelas karyawan memang tak sama
dengan kuliah di kelas regular. Sudah lelah seharian bekerja, malam harinya
harus kembali sibuk dengan belajar. Meski kantuk merasuk, ucapan dosen di depan
haruslah masuk. Belum lagi jika ada tugas. Ya, mahasiswa kelas karyawan memang
harus pintar membagi waktu antara kerja dan kuliahnya.
Saya memutuskan kuliah di kelas karyawan
karna mempertimbangkan banyak pilihan. Tentu ada pilihan orang tua juga di
sana. Satu tahun setelah saya kuliah ibu dan adik saya bertanya: “Nanti setelah
lulus mau kerja di mana?” saya hanya membalasnya dengan senyuman.
Dua tahun berlalu. “Kak, kapan lulus? Nanti
kerja di bank aja kak. Enak gajiya besar.”
Memasuki tahun ketiga, pertanyaan itu
terus berganti dan bertambah. “Kak buruan lulus, kerja, terus gantian biayain
aku kuliah nanti. Tahun depan aku sudah kelas tiga dan lulus SMA. Aku ingin
kuliah keperawatan.”
Kuliah Kerja Praktek berserta sidangnya sudah
berlalu. Skripsi sudah menunggu. Waktu berlalu begitu cepat ketika kita merasa
senang, namun sebaliknya, waktu terasa begitu lambat ketika kita merasa susah. Tanggung jawab terus bertambah seiring
berjalannya waktu. Setiap langkah menjadi begitu berarti, untuk mereka yang
saya cintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu di sini. :)