Jumat, 13 September 2013

Waktu dan Tanggung Jawab

Waktu cepat sekali berlalu, tanpa ada yang tahu tiba-tiba sudah tiga tahun berlalu. Lebay ya. iya memang lebay. Hehe. Tapi ada benarnya, karna tiga tahun berlalu begitu cepat, rasaya baru kemarin saya datang ke kampus dan duduk di kelas yang kosong. Tidak ada satupun orang di sana, hanya ada puluhan bangku yang tersusun rapi, papan tulis, meja dosen beserta CPU dan keybord, layar proyektor yang diam membisu. Setengah jam berlalu, namun tidak ada satupun yang datang mengetuk pintu.

Saya bertanya sendiri dalam hati. “pada ke mana penghuni kelas ini? tidak masukkah dosennya? Tapi mengapa tidak ada satupun mahasiswa yang datang ke kelas ini? Apa mereka sudah tahu kalau dosennya tidak hadir?”

Di lantai bawah banyak mahasiswa-mahasiswa yang sedang berbincang-bincang, tapi entah apa yang di bicarakan. Saya tidak tahu dan tidak mau tahu.  Empat puluh lima menit berlalu, kelas ini masih kosong. Saya beranjak dari tempat duduk saya dan pintu ruangan terbuka. Seorang mahasiswa datang.


“Ah setidaknya saya tidak sendiri di sini.” Gumam saya

“Dosennya ke mana, mas?” tanyanya.

“Saya tidak tahu mas. Dari tadi saya hanya sendirian di sini.”

“Ya udah ayo ikut saya.” Dia mengajak saya. Dari wajahya terlihat dia sudah senior dan cukup mengenal kampus ini.

Kami turun ke lantai 1, menanyakan ke mbak-mbak di ruang administrasi. “Mbak, mata kuliah logika matematika di ruang apa ya?”

“Di c5 mas.”

“Lah itu dijadwal tertulis di c3, Mbak?”

“Iya mas, proyektorya rusak, jadi pindah.”

Saya dan dia masuk ke ruangan c5, kelas cukup penuh pada waktu itu. Dia yang sudah kenal dengan beberapa penghuni ruangan, langsung berbaur. Sedangkan saya duduk paling belakang. Tiga puluh menit berlalu, kelas selesai. Iya saya cuma duduk tiga puluh  menit dan kelas selesai. Oh saya mengutuk apa yang saya lakukan di kelas kosong tadi. 

"Hari pertama yang mengesankan." Gumam saya.

 Menunggu memang tak selalu menghasilakan sesuatu.

***

Tiga tahun adalah pelajaran dan perjalanan yang saya lalui dengan cepat. Saya mulai kenal banyak mahasiswa-mahasiswa yang seangkatan dan senior. Layaknya anak STM kebersamaan terjalin erat. Tawa serta canda jadi pengisi hari-hari kita di kampus. Kuliah di kelas karyawan memang tak sama dengan kuliah di kelas regular. Sudah lelah seharian bekerja, malam harinya harus kembali sibuk dengan belajar. Meski kantuk merasuk, ucapan dosen di depan haruslah masuk. Belum lagi jika ada tugas. Ya, mahasiswa kelas karyawan memang harus pintar membagi waktu antara kerja dan kuliahnya.

Saya memutuskan kuliah di kelas karyawan karna mempertimbangkan banyak pilihan. Tentu ada pilihan orang tua juga di sana. Satu tahun setelah saya kuliah ibu dan adik saya bertanya: “Nanti setelah lulus mau kerja di mana?” saya hanya membalasnya dengan senyuman.

Dua tahun berlalu. “Kak, kapan lulus? Nanti kerja di bank aja kak. Enak gajiya besar.”

Memasuki tahun ketiga, pertanyaan itu terus berganti dan bertambah. “Kak buruan lulus, kerja, terus gantian biayain aku kuliah nanti. Tahun depan aku sudah kelas tiga dan lulus SMA. Aku ingin kuliah keperawatan.”

Kuliah Kerja Praktek berserta sidangnya sudah berlalu. Skripsi sudah menunggu. Waktu berlalu begitu cepat ketika kita merasa senang, namun sebaliknya, waktu terasa begitu lambat ketika kita merasa susah. Tanggung jawab terus bertambah seiring berjalannya waktu. Setiap langkah menjadi begitu berarti, untuk mereka yang saya cintai.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)