“Mal, antarkan air minum dua galon ke rumah Bude.” Kata ibu.
“Oke.” Saya langsung kedepan mengambil motor.
Sore ini kuliah sedang libur. Jadi saya ingin
menghabiskan waktu di rumah saja. Kadang bosan ingin jalan-jalan, tapi kalau
hari kerja pasti macet. Niat batal kembali. Suasana gang ini berubah sangat
berubah, ada regenerasi. Gang yang dahulu sepi kini mulai ramai kembali. Dulu setiap
malam, gang ini seperti kuburan. Kini anak-anak yang dulu kecil sudah tumbuh
jadi remaja dan setiap malam mereka isi dengan bergitar, bermain dan mengaji. Masing-masing
punya cara sendiri mengisi waktu.
Jarak rumah saya ke rumah bude tidak terlalu jauh. Jalan kaki
membawa satu galon pun pasti sampai. namun lumayan mengencangkan otot tangan
saat membawanya, tapi berhubung membawa dua, jadi saya membawanya naik motor. Sesampai di depan rumah bude, saya menurunkan
satu persatu galon dari atas motor. Semua berjalan lancar sampai satu galon
sudah saya antar masuk ke dalam rumah. setelah itu saya membuka tali galon
kedua, tapi tiba-tiba galon itu terlepas dan jatuh, saya refleks menangkapnya.
Prakkkk!!! Galon itu jatuh, meski sempat tertahan tangan
kanan. Dan ah tangan saya terkilir, tapi biasa saja, tidak sakit. Saya tidak
ambil pusing dan langsung menyelesaikan semuanya. Hingga malam hari jam Sembilan
malam, tangan saya masih seperti biasa, hanya sedikit sakit. Saya berikan
minyak tawon, berharap bisa segera pulih. Tapi ternyata semakin malam, tangan
saya semakin sakit. Saya urut-urut sendiri dan kemudian tertidur. Jam dua pagi,
harapan saya gugur, sakitnya semakin menjadi-jadi.
“Ah, mana ada tukang urut jam segini.”
Saya salah telah meremehkan hal kecil yang
berdampak besar. Kadang yang kecil tidak begitu menarik mata sehingga di
abaikan, padahal kehadirannya begitu penting. keesokan harinya tangan saya di
urut. Cuma pergelangan tangan, tapi di urut sampai dua jam. Kelihatannya sepele,
tapi sakitnya luar biasa. Kata tukang urutnya, urat-uratnya kegeser karna
letaknya yang ngumpet jadi sulit.
Ternyata musibah bisa datang kapan saja, pada siapa saja
dan saya tidak tahu kapan itu terjadi. Jikalau Allah ingin tangan saya tidak
dapat terpakai lagi saat itu juga, apa yang bisa saya lakukan? Sedih? Kesal? Marah?
Benci?. Tapi Allah masih begitu baik pada saya. Allah masih mengizinkan tangan
saya berfungsi kembali dengan baik, agar lebih banyak lagi berbuat kebaikan. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu di sini. :)