29 Desember 2012
Pagi sudah datang lagi, seperti
biasa dia datang dengan memberikan lembaran kertas kehidupan yang kosong, dan
sebuah pena agar makhluk hidup yang
masih melihatnya bisa mengisi sesuka hati. Di isi dengan kebaikan atau
keburukan saat melewati siang, sore dan malam. Pagi selalu berikan kebebasan makhluk
hidup untuk memilih.
Sebuah pesan e-mail masuk di
Handphone saya dengan judul #PrayForDewi @Gakadakoma. Saya buka dengan perasaannya sudah tidak enak. Saya baca dari awal sampai habis isi pesan tersebut.
Dear friends,
Saya baru dapat info pagi ini, mbak dewi @gakadakoma kemarin mengalami kecelakaan, Saat perjalanan berangkat kerja. Motornya masuk ke dalam lubang, dia jatuh ke depan, wajahnya langsung menghantam jalan, dan dia jatuh pingsan.
Sekarang dia sedang dirawat di RS Harapan Jayakarta. Mohon doanya agar Dewi bisa segera pulih dan sehat seperti sedia kala. Aamiin. Nanti siang insya Allah, saya (pipit) dan mbak yeti akan datang kesana.
Entahlah, saya
tidak tahu ini perasaan apa. Perasaan ini muncul saat selesai membaca pesan
tersebut. Sedih, iya sedih. Sesak ya dada ini cukup sesak untuk sesaat. Tapi saya
belum benar-benar paham ini perasaan apa. Yang jelas saat itu semua rasa sedih bercampur
jadi satu, tidak ada air mata yang menetes tapi ada kesedihan yang mendalam.
Saya mengenal Mba Decil belum lama, mungkin satu tahun juga belum sampai. Awal perkenalan hanya
lewat dunia maya. Social media telah membuat sebuah keluarga baru, jaringan
pertemanan yang cukup erat. Belum kenal dekat, belum pernah bertatap muka hanya
avatar dan rangkaian kata singkat yang membuatnya erat.
Masih ingat pertama
kali kita bertemu. Yaitu saat ada kopdar SFBC (Srudukfollow Book Club), ga
perlu kenalan lagi kan ya karna sudah cukup akrab berbincang di wadah yang di
beri nama twitter, sering beberapa kali juga ber whatsapp-ria, bercanda grub di
line dan milis. Di akhir sebelum pulang juga sempat bercanda menunda kepulangannya. Ya banyak keceriaan dengan
sedikit pertemuan.
Pertemuan kedua
yaitu saat ada acara seminar, ya disini mulai kenal sedikit sosok yang biasa
saya ajak bercandaan di Timeline. Gadis yang riang dengan senyum manis dan
lesung pipi yang cukup dalam, saya lihat keceriaan selalu hadir dalam
senyumnya. Sampai saat pulang kita masih
sering bercanda. Tentang apa? Ya tentang itu lah semua pasti tahu.
“Naik apa mba?” Tanya
saya padanya
“Naik motor je, parkir
motor dimana?” jawabnya bersemangat
“Di bawah, mba parkir
dimana?” saya kembali bertanya sambil memutar-mutar kunci motor di tangan.
“Aku parkir di
gedung sebelah”
“oh ya udah kita berpisah
disini ya je, hati-hati di jalan” dia berjalan ke kanan dan berlalu.
Usai pertemuan itu
kita makin sering berinteraksi secara maya, ya ledek-ledekan sering terlontar
dari kata-kata yang kita tuliskan. Dari dulu saya tak pernah punya seorang
kakak, dan mungkin saya menemukan sosok itu dalam diri mba decil. Mungkin tu alasanya
kenapa perasaan ini begitu berantakan ketika membaca pesan tadi. Layaknya seorang adik yang mengetahui bahwa kakaknya terluka. Mba decil jatuh
dan terluka hingga di haruskan untuk operasi.
Lantunan doa terus kami kirimkan. Allah yang memberikan musibah dan Allah yang akan berikan kesembuhan, Mungkin saya dan teman-teman semua adalah orang baru dalam hidup mba decil. Tapi percayalah dukungan, harapan dan doa kami terus mengalir untuk mba. Rangkaian harapan kami bawa dalam doa, agar mba dapat kembali kembali beraktivitas dan berkumpul bersama kami, berbagi senyum, keceriaan, dan suka-ria yang dulu hadir dan kembali dalam satu paket kebahagiaan yang utuh bernama silaturahmi.
Semangat Mba Decil, sehat, sehat, sehat. :")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu di sini. :)