Minggu, 16 Desember 2012

Estafet Usaha Bubur Ayam Bunut


Belajar bisa dari mana saja dan media apapun, informasi dan ilmu bertebaran seiring meluasnya jaringan internet dan berkembangnya social media, teman saya Robby Fahamsyah bercerita di sebuah social media tentang pengalamannya, mungkin lebih enak di dengernya sharing yah.

Ia punya usaha rumah makan Bubur Ayam Bunut di daerah Sukabumi, Jawa Barat. usaha yang di peroleh secara turun temurun, mulai dari kakek kemudian turun ke orang tua dan sekarang ia di berikan amanah untuk mengelolanya di mulai dari tahun 2005 lalu.


Saat lulus kuliah ia memutuskan menjadi karyawan. Mulai dari bidang telekomunikasi (sesuai basic pendidikannya) sampai di dunia perbankan, cuman hanya tahan sebentar-sebentar, mungkin karna ia memang menyadari bahwa passionnya bukan jadi karyawan dan kebetulan ada peralihan tongkat estafet yang seharusnya jatuh ke kakak nya tapi beliau tidak menyanggupi. ia sebetulnya juga sedang menikmati enaknya jadi karyawan.

Namun ia tidak ragu untuk beralih menjadi pengusaha, karna ia menyadari passionnya di dunia bisnis. Hanya kendala saat itu ia yang biasa bekerja dengan sebuah sistem harus memegang perusahaan yang belum memiliki sistem sama sekali, dan berbagai kendala lainnya tapi lambat laun seiring berjalannya waktu. Ia bisa mengatasi itu smua. dengan belajar terus-menerus dan bersabar. Akhirnya sekaran ia mulai menikmati hasilnya.

“Untuk masalah manajemen karyawan gimana mengatasinya ?” ujar salah satu teman


Manajemen SDM saya ambil dari manajemen karyawan tempat dulu saya bekerja, kebetulan dulu pas kuliah juga saya belajar manajemen SDM, jadi ga terlalu sulit. Ada gunanya juga saya pernah bekerja, banyak yang saya copy paste. Dulu kerja pindah bagian, karna memang niatnya mencari informasi sebanyak mungkin untuk bisa diterapkan suatu saat nanti ia punya perusahaan.

“jadi kalau sekarang temen-temen masih bekerja, seraplah informasi sebanyak mungkin agar nanti bisa diterapkan diperusahaan sendiri” ujar robby

Jadi jangan sistem itu berhasil menggerakan kita, tapi kita harus mampu membuat sistem yang bekerja sesuai keinginan kita. Intinya jadi lah pembuat sistem, jangan jadi bagian dari sistem.

Setelah usai menjelaskan mulai datang banyak pertanyaan semua di rangkum jadi satu.
“Berarti istilahnya mulai dari nol atau gimana?”
“Kalau estafet bukannya seharusnya sudah ada sistemnya juga ya ?”
“Tantangan terberat selain sistem apa?”
“Apa perubahan sebelum dan sesudahnya, Kang robby handle Rumah makan itu?”
“Tantangan berat lainnya selain sistem apa?”
“Strategi apa aja biar jadi lebih baik? terus cara genjot omset yang efektif gimana?” sederet pertanyaan langsung muncul

“Secara brand restoran saya ga mulai dari nol. karna perusahaan berjalan sudah 25tahun saat saya ambil alih, namun secara manajemen saya mulai dari nol” jawab robby

Mulai dari belajar produksi, pemasaran sampai pelayanan, bunut adalah nama sebuah daerah tempat pertama kali kita jualan, menu utama bubur dulunya,tapi setelah saya pegang, saya tambah jadi ada lebih dari 30 jenis makanan dan minuman serta hampir 100 lebih makanan dan minuman kemasan. Dan itu cukup efektif menggenjot omset dan margin. Margin dari bubur saya ga ambil banyak, tapi margin dari makanan dan minuman lainnya yang saya genjot sampai 200%.

jadi saya pancing orang dengan apa yang sudah mereka kenal, setelah ketagihan saya tawarin apapun mereka borong, bahkan saya bisa jual produk 2 kali lipat dari harga orang yang biasa jual, padahal produk sama, hanya kemasan yang saya kemas ulang. saya bisa jual jam dan kaca mata 2x lipat dari harga jual Online Shop.

“Jualan makanan minuman kemasan itu yg gmn ya maksudnya, Kang?” 
“Beli kiloan trus dikemasin yah?” pertanyaan kembali masuk

Seperti air mineral, teh botol, ciki-ciki,permen, tissue, dan makanan ringan asli sukabumi, saya jual diatas harga pasaran smua. contoh : teh botol dan air mineral saya jual 4000, orang lain jual 2500-3000. Saya ga beli kiloan, sudah ga ke pegang. Saya hanya request kemasan yang berbeda aja ke produsennya. Karna mereka yang minta masukin produk mereka ke tempat saya, jadi saya kasih syarat nya itu.

“karena sudah tidak memperhatikan yang lain, orang dateng ke bubur bunut karena buburnya jadi kalau yang lain di naikin harganya sudah cuek, begitu ya kang?” tanya seorang teman

Betul itu, itu adalah salah satu strategi jualan juga. kalau di super market, mereka memberikan murah harga susu tapi pampers dan produk-produk lainnya mereka naikan. Coba perhatikan. Keuangan saya bener-bener dari nol, saya beli tempat, renofasi tempat dan modal-modal lainnya ga pake uang sendiri dan cash, tapi saya pake bank dan kepercayaan.

Kaya beli tempat saya KPR ke bank tanpa uang muka, malah saya dapat uang lebih buat renovasi. Furniture saya kredit ke pengrajin di cicil selama 1 thn, modal produksi juga saya sistem konsinyiasi, jadi ga harus bayar di muka. Bener-bener modal dengkul. Masih harus banyak belajar.

Hutang saya memang milyaran, kebetulan patokan saya untuk sukses bukan dilihat dari omset, tapi dari seberapa besar saya bisa berkontribusi kepada orang banyak dari apa yang bisa saya hasilkan. Karna buat apa omset besar kalau ga berguna buat orang banyak? Mending omset besar dan amal nya lebih besar heheehe. harta akan ada habisnya, tapi amal insya Allah kebawa sampai akhirat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)