Belajar bisa dari mana saja dan media apapun, informasi dan
ilmu bertebaran seiring meluasnya jaringan internet dan berkembangnya social
media, teman saya Robby Fahamsyah bercerita di sebuah social media tentang
pengalamannya, mungkin lebih enak di dengernya sharing yah.
Ia punya usaha rumah
makan Bubur Ayam Bunut di daerah Sukabumi, Jawa Barat. usaha yang di peroleh secara
turun temurun, mulai dari kakek kemudian turun ke orang tua dan sekarang ia di
berikan amanah untuk mengelolanya di mulai dari tahun 2005 lalu.
Saat lulus kuliah ia memutuskan menjadi karyawan. Mulai dari
bidang telekomunikasi (sesuai basic pendidikannya) sampai di dunia perbankan, cuman
hanya tahan sebentar-sebentar, mungkin karna ia memang menyadari bahwa
passionnya bukan jadi karyawan dan kebetulan ada peralihan tongkat estafet yang
seharusnya jatuh ke kakak nya tapi beliau tidak menyanggupi. ia sebetulnya juga
sedang menikmati enaknya jadi karyawan.
Namun ia tidak ragu untuk beralih menjadi pengusaha, karna
ia menyadari passionnya di dunia bisnis. Hanya kendala saat itu ia yang biasa
bekerja dengan sebuah sistem harus memegang perusahaan yang belum memiliki
sistem sama sekali, dan berbagai kendala lainnya tapi lambat laun seiring
berjalannya waktu. Ia bisa mengatasi itu smua. dengan belajar terus-menerus dan
bersabar. Akhirnya sekaran ia mulai menikmati hasilnya.
“Untuk masalah manajemen karyawan gimana mengatasinya ?”
ujar salah satu teman
Manajemen SDM saya ambil dari manajemen karyawan tempat dulu
saya bekerja, kebetulan dulu pas kuliah juga saya belajar manajemen SDM, jadi
ga terlalu sulit. Ada gunanya juga saya pernah bekerja, banyak yang saya copy
paste. Dulu kerja pindah bagian, karna memang niatnya mencari informasi
sebanyak mungkin untuk bisa diterapkan suatu saat nanti ia punya perusahaan.
“jadi kalau sekarang temen-temen masih bekerja, seraplah
informasi sebanyak mungkin agar nanti bisa diterapkan diperusahaan sendiri”
ujar robby
Jadi jangan sistem itu berhasil menggerakan kita, tapi kita
harus mampu membuat sistem yang bekerja sesuai keinginan kita. Intinya jadi lah
pembuat sistem, jangan jadi bagian dari sistem.
Setelah usai menjelaskan mulai datang banyak pertanyaan
semua di rangkum jadi satu.
“Berarti istilahnya mulai dari nol atau gimana?”
“Kalau estafet bukannya seharusnya sudah ada sistemnya juga
ya ?”
“Tantangan terberat selain sistem apa?”
“Apa perubahan sebelum dan sesudahnya, Kang robby handle Rumah
makan itu?”
“Tantangan berat lainnya selain sistem apa?”
“Strategi apa aja biar jadi lebih baik? terus cara genjot
omset yang efektif gimana?” sederet pertanyaan langsung muncul
“Secara brand restoran saya ga mulai dari nol. karna
perusahaan berjalan sudah 25tahun saat saya ambil alih, namun secara manajemen
saya mulai dari nol” jawab robby
Mulai dari belajar produksi, pemasaran sampai pelayanan, bunut
adalah nama sebuah daerah tempat pertama kali kita jualan, menu utama bubur
dulunya,tapi setelah saya pegang, saya tambah jadi ada lebih dari 30 jenis
makanan dan minuman serta hampir 100 lebih makanan dan minuman kemasan. Dan itu
cukup efektif menggenjot omset dan margin. Margin dari bubur saya ga ambil banyak, tapi
margin dari makanan dan minuman lainnya yang saya genjot sampai 200%.
jadi saya pancing orang dengan apa yang sudah mereka kenal, setelah
ketagihan saya tawarin apapun mereka borong, bahkan saya bisa jual produk 2 kali
lipat dari harga orang yang biasa jual, padahal produk sama, hanya kemasan yang
saya kemas ulang. saya bisa jual jam dan kaca mata 2x lipat dari harga jual Online
Shop.
“Jualan makanan minuman kemasan itu yg gmn ya maksudnya,
Kang?”
“Beli kiloan trus dikemasin yah?” pertanyaan kembali masuk
Seperti air mineral, teh botol, ciki-ciki,permen, tissue, dan
makanan ringan asli sukabumi, saya jual diatas harga pasaran smua. contoh : teh
botol dan air mineral saya jual 4000, orang lain jual 2500-3000. Saya ga beli
kiloan, sudah ga ke pegang. Saya hanya request kemasan yang berbeda aja ke
produsennya. Karna mereka yang minta masukin produk mereka ke tempat saya, jadi
saya kasih syarat nya itu.
“karena sudah tidak memperhatikan yang lain, orang dateng ke
bubur bunut karena buburnya jadi kalau yang lain di naikin harganya sudah cuek,
begitu ya kang?” tanya seorang teman
Betul itu, itu adalah salah satu strategi jualan juga. kalau
di super market, mereka memberikan murah harga susu tapi pampers dan
produk-produk lainnya mereka naikan. Coba perhatikan. Keuangan saya bener-bener
dari nol, saya beli tempat, renofasi tempat dan modal-modal lainnya ga pake
uang sendiri dan cash, tapi saya pake bank dan kepercayaan.
Kaya beli tempat saya KPR ke bank tanpa uang muka, malah saya
dapat uang lebih buat renovasi. Furniture saya kredit ke pengrajin di cicil
selama 1 thn, modal produksi juga saya sistem konsinyiasi, jadi ga harus bayar
di muka. Bener-bener modal dengkul. Masih harus banyak belajar.
Hutang saya memang milyaran, kebetulan patokan saya untuk
sukses bukan dilihat dari omset, tapi dari seberapa besar saya bisa
berkontribusi kepada orang banyak dari apa yang bisa saya hasilkan. Karna buat
apa omset besar kalau ga berguna buat orang banyak? Mending omset besar dan amal
nya lebih besar heheehe. harta akan ada habisnya, tapi amal insya Allah
kebawa sampai akhirat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu di sini. :)