Jumat, 05 Oktober 2012

Mengatasi Writer Block

"Menulislah pada saat awal dengan hati. Setelah itu, perbaiki tulisan kamu dengan pikiran. Kunci pertama dalam menulis adalah bukan berpikir, melainkan mengungkapkan apa saja yang dirasakan." William Forrseter

Sejumlah penulis tenar punya cara sendiri-sendiri dalam mengatasi writer's block. Dibanding seseorang yang baru menulis, penulis blog, cerpen, buku atau nonfiksi sudah bisa mengatasinya, karna bergantung pada mood. Karna berdasar mood, cara atasi writer's block dikembalikan ke masing-masing penulis (baik pemula atau beken).

Ada yang memaksa menulis, meski diterpa writer's block, agar bukunya terbit dan dia berharap dapat royalti. Siapa penulis tenar ini?. Dua dari sekian penulis yang saat awal menulis -- untuk mengatasi writer's block-- adalah JK Rowling dan Hans Cristian Andersen.



Karna berdasar mood, maka resep simpel saat writer's block adalah seperti ucapan natalie goldberg "Tulis sajalah, jangan berpikir." Tulis saja yang ada pada diri kita, apalagi jika kita menulis fiksi seperti cerpen, novel atau blog. Kekuatan "tulis sajalah." berlaku saat mood baik atau tidak baik. Tapi, kita sudah punya motivasi apa sebagai penulis. Kalau kita sudah punya motivasi, tujuan, maka ada pola dalam proses menulis. Seperti makan dan minum, kalau dibiasakan maka terbiasa.

Begitu juga menulis: tulis saja, tetapkan pola, atur waktu saat tepat untuk menulis. Helvi Tiana Rosa dan Asma Nadia menulis novel-novel mereka saat anak-anak sudah tidur. Kurnia Effendi, menulis saat setiba di kantor dan belum mulai jam kerja. JK Rowling menulis di kafe kopi, saat pengunjung sepi. Pram menulis saat di penjara dapat bolpoin atau pensil, arang atau alat tulis.

Jika sudah terpola, maka ada tarikan kita untuk terus WAJIB MENULIS. Jika menulis Fiksi, buat dulu outline tokoh, tapi tidak wajib kita menulis dari bab satu ke bab berikut. Sah-sah saja jika menulis berlompatan bab, karna nanti bisa diedit ulang atau diedit editor dari penerbit.

Jika ide banyak dan tidak tahu mana yg ditulis duluan? Itu bagus, tulis saja semua. Nanti dibikin mind mapping. Ajak dialog diri sendiri (atau dengan teman) untuk tentukan mana ide yang duluan dimatangkan, mana yang nanti.

Saat sudah stagnan otak atau mood setelah sepekan atau bulan nonstop? Jangan dipaksa. Hentikan sejenak. Simpan naskah. Ambil aktivitas lain-lain: jalan-jalan, obrol dengan teman, berkebun, berenang, dan lain-lain. Jangan pikir soal tulisan. Jika sudah beberapa jam, sehari atau sepekan, temui lagi tulisan kita. Anda akan takjub ada banyak materi baru, ide baru, inspirasi baru yang muncul saat tidak melakukan apa-apa untuk menulis.


Kutipan beberapa cara penulis top saat alami writer's block: ES Ito -penulis rahasia meede- pada saat mengalami writer's block, dia main kartu semalaman. katanya 'kartu penuh provokasi, trik + imajinasi'.

Ratih Kumala (penulis Tabula Rasa, Genesis dan Larutan Senja) justru hibur diri dengan baca fiksi sambil memancing mood saat alami WB (writer's block). Raditya dika justru akui dia paksakan menulis.


"Mendingan langsung dikerjain, mau jelek biar aja jelek. Tulisan jelek lebih baik daripada tidak ada tulisan." Zaky al hamzah (penulis buku biografi dan bunga rampai) "kalau sedang WB, saya jalan-jalan, tidur atau main game," caranya penulis tadi beragam. Asal motivasi dan target menyelesaikan tulisan sudah ada, maka writer's block hanya 'gangguan kecil'.

Writer's block juga terkait motivasi menulis. Diatas, JK Rowling dan Hans Andersen dan beberapa penulis tenar, saat awal jadi penulis, dia memaksa diri agar segera dapet royalti untuk bertahan hidup. Sehingga, saat alami writer's block, dia maksakan diri agar tetap menulis (sebagian saya baca kisah mereka, dibalik sukses jadi penulis top). Tapi, perlahan-lahan, buku-buku mereka jadi best seller, dan motivasinya sudah berubah. Ada yang menebarkan manfaat, senang banyak anak-anak baca bukunya, dll. Mengatasi writer's block itu ada diri masing-masing penulis, setiap penulis punya caranya sendiri.

Gimana writer's block kayak gini » 'mulai menulis apa'? Bagi penulis fiksi, sumber utama + pertama tulisan adalah kita. Pengalaman sendiri, kehidupan Anda sendiri, kenangan kita sendiri, mimpi dan imajinasi Anda sendiri.

Saran terbaik menulis fiksi (cocok bagi pemula) adalah sempetin waktu mengingat masa kecil kita. Ingat rumah yang pernah ditinggali saat SD-SMP, ingat orang-orang sekitar, makanannya, mainannya, kebunnya, suaranya dan baunya. Selalu banyak inspirasi dan ide yang bisa jadi bahan baku terbaik tulisan fiksi kita.

Stephen King dan RL Stine: menulis kisah dan karakter tokoh berdasar masa kecil mereka. Ketakutan mereka pada hantu-hantu, misteri dan sebagainya. Andrea Hirata juga menulis Laskar Pelangi dengan motivasi untuk dedikasikan pada ibu gurunya, muslimah.

Biarkan imajinasi melanglang buana, jangan pernah peduli tulisan kita bagus atau tidak yang terpenting tulis apa yang kita fikirkan dan fikirkan apa yang kita tulis, Menurut Joe vitale pakar hypnowriting. 'Tidak ada tulisan yang bagus, tetapi yang ada tulisan ULANG yang bagus'.  bang haekal siregar bilang “kalau nulis, nulis aja jangan baca tulisan-tulisan kita, yang ada nanti tulisan gak jadi-jadi malah banyakan ngedit-ngedit punya sendiri."

"Jangan menulis apa yang ingin, tapi apa yang bisa." Pesan lain, satu-satunya cara jadi penulis adalah menulis hari ini, sekarang. Ini juga 'cara' atasi writer's block. Contoh mas ivan, menulis twitter karna memang dia bisa, tahu... Karna itu tidak diniatka untuk menjadi tulisan sebenarnya tapi ingin berbagi pengetahuan. Terutama karna banyak yang nanya awalnya.

Segitu mungkin juga dialami Rangga Umara ketika menerbitkan Dream's Book, atau Mas Mono (Rezeki Diantar), atau Saptuari (Tweet Sadiz). Banyak penulis buku awalnya tidak berniat membukukan, tapi penggemar dan fans meminta dibukukan.


Kembali pada motivasi, kalo jadi blogger + sudah banyak pembaca, maka selalu memaksa diri menulis secara berkala karna tahu dan sudah ditunggu penggemar. Contoh @jamilazzaini, tulisan ringan di blognya selalu ditunggu follower. Kita juga bisa, tulislah yang bisa dan tahu, atau dengar dan alami dari orang lain. Jika baik dan positif, kita sudah seperti dai, memberikan pesan atau nasehat positif.

Menulis seperti beramal, yakni beramal ilmu. Agar bisa beramal, isi diri kita dengan banyak membaca, banyak beraktivitas agar penuh pengalaman, banyak riset, banyak memperhatikan karakter dan bahasa tubuh orang. Perhatikan hal-hal sepele, karna segitu mungkin itu akan jadi bahan tulisan kita. So, saatnya menulis, hari ini, apa saja, minimal judul atau kata pertama. Besok rutinkan kata kedua, ketiga dan seterusnya.. Saatnya Anda siap jadi penulis, entah dibukukan atau untuk blog. yang penting kita sudah goreskan warisan ilmu. 






Sharing dan Diskusi Grub BBG SrudukFollow Book Club
Mentor : Zaky Hiromasa

4 komentar:

  1. waini keren...
    memotivasi nih buat konsisten menulis.
    maka nya bikin blog baru lagi, belom ada apa2nya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah ayoo terus menulis andrea rangkai semua kisah :')

      Hapus
  2. Siyaaap, laksanakan
    Buang kemalasan

    BalasHapus

Tinggalkan jejakmu di sini. :)