Kamis, 16 Januari 2014

Deru Campur Debu


Judul Buku: Deru Campur Debu
Penulis: Chairil Anwar
Penerbit: Dian Rakyat
Cetakan Ke-8: Juni, 2010
Tebal: 42 halaman

Saya belum pernah membaca buku kumpulan puisi sebelumnya. Ini adalah buku pertama yang saya baca. Mengenal Chairil Anwar sejak SD, tapi ternyata ketertarikan saya dengan pelajaran Bahasa Indonesia tidaklah sebesar pelajaran lainnya. sehingga saya tak begitu tahu tentang sastra. Tapi ketika duduk di bangku kuliah saya baru menyukainya dan mencari tahu banyak hal tentang Bahasa Indonesia serta Sastra Indonesia.

Mendapatkan buku-buku lama bukanlah perkara yang mudah, sulit sekali didapat, sekalinya ada pasti harganya mahal. Beruntung dapat buku ini dengan harga yang tak begitu mahal. Sebenarnya saya tak bisa mengulas buku puisi, karena buat saya puisi sulit untuk dijelaskan. Dengan membacanya kita akan tahu. Jadi ini paling untuk catatan buku saja.


Kover
Ilustrasi yang ditampilkan sederhana menggambarkan debu dengan 3 sampai 4 warna, ilustrasi yang khas buku-buku sastra lama.

Layout
Backgroundnya diisi gambar abstrak seperti gambar topeng dan orang-orang di sekitarnya mengisi tiap puisi dengan perpaduan ilustrasi abstrak yang coba menggambarkan isi puisi.

Isi
Pertama kali membaca jujur saya bingung, seperti inikah puisi? Rumit, dan tak banyak yang saya mengerti, akhirnya setelah usai saya membaca kembali barulah saya mengerti sedikit demi sedikit. Ah ternyata saya lamban dalam mencernanya. Buat saya, beberapa puisi-puisi Chairil Anwar di buku ini sulit dicerna, akhirnya membuat saya berfikir dan berfikir, mencari makna apa yang ingin ia sampaikan. Setelah dapat. Oh ternyata begini maksudnya, ya tapi tetap seperti penafsiran saya sebagai pembaca.
Kepada peminta-minta adalah salah satu puisi yang saya suka:
Kepada Peminta-minta

Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku

Jangan lagi kamu bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga

Bersuara tiap kaumelangkah
Mengerang tiap kaumemandang
Menetes dari suasana kaudatang
Sembarang kaumerebah

Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku

Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segela dosa.
Tapi jangan tentang lagi aku

Nanti darahku jadi beku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)