Judul Buku: Deru
Campur Debu
Penulis: Chairil Anwar
Penerbit: Dian Rakyat
Cetakan Ke-8: Juni, 2010
Tebal: 42 halaman
Penulis: Chairil Anwar
Penerbit: Dian Rakyat
Cetakan Ke-8: Juni, 2010
Tebal: 42 halaman
Saya
belum pernah membaca buku kumpulan puisi sebelumnya. Ini adalah buku pertama
yang saya baca. Mengenal Chairil Anwar sejak SD, tapi ternyata ketertarikan
saya dengan pelajaran Bahasa Indonesia tidaklah sebesar pelajaran lainnya.
sehingga saya tak begitu tahu tentang sastra. Tapi ketika duduk di bangku
kuliah saya baru menyukainya dan mencari tahu banyak hal tentang Bahasa Indonesia
serta Sastra Indonesia.
Mendapatkan
buku-buku lama bukanlah perkara yang mudah, sulit sekali didapat, sekalinya ada
pasti harganya mahal. Beruntung dapat buku ini dengan harga yang tak begitu
mahal. Sebenarnya saya tak bisa mengulas buku puisi, karena buat saya puisi
sulit untuk dijelaskan. Dengan membacanya kita akan tahu. Jadi ini paling untuk
catatan buku saja.
Kover
Ilustrasi yang ditampilkan sederhana
menggambarkan debu dengan 3 sampai 4 warna, ilustrasi yang khas buku-buku
sastra lama.
Layout
Backgroundnya diisi gambar abstrak
seperti gambar topeng dan orang-orang di sekitarnya mengisi tiap puisi dengan
perpaduan ilustrasi abstrak yang coba menggambarkan isi puisi.
Isi
Pertama kali membaca jujur saya bingung, seperti inikah
puisi? Rumit, dan tak banyak yang saya mengerti, akhirnya setelah usai saya
membaca kembali barulah saya mengerti sedikit demi sedikit. Ah ternyata saya
lamban dalam mencernanya. Buat saya, beberapa puisi-puisi Chairil Anwar di buku
ini sulit dicerna, akhirnya membuat saya berfikir dan berfikir, mencari makna
apa yang ingin ia sampaikan. Setelah dapat. Oh ternyata begini maksudnya, ya
tapi tetap seperti penafsiran saya sebagai pembaca.
Kepada peminta-minta adalah salah satu puisi yang saya suka:
Kepada Peminta-minta
Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri
dan segala dosa
Tapi jangan
tentang lagi aku
Nanti darahku
jadi beku
Jangan lagi kamu
bercerita
Sudah tercacar
semua di muka
Nanah meleleh
dari muka
Sambil berjalan
kau usap juga
Bersuara tiap
kaumelangkah
Mengerang tiap
kaumemandang
Menetes dari
suasana kaudatang
Sembarang
kaumerebah
Mengganggu dalam
mimpiku
Menghempas aku di
bumi keras
Di bibirku terasa
pedas
Mengaum di
telingaku
Baik, baik, aku
akan menghadap Dia
Menyerahkan diri
dan segela dosa.
Tapi jangan
tentang lagi aku
Nanti darahku
jadi beku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu di sini. :)