Dua belas bulan telah
terlewati, dan kini aku bertemu kembali dengan bulan, dimana aku dilahirkan.
Aku selalu berikan pertanyaan untuk diri ini. Masih dengan pertanyaan yang sama
dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Apa perubahan
yang telah aku lakukan selama satutahun ini?" entahlah saat ini Aku
masih belum bisa menjawabnya.
Dua dasawarsa, empat semester telah ku lalui, ya 24 tahun telah berlalu. Tidak terasa memang semua
berjalan cepat, menggenggam waktu saat dunia lengah, membuat aku terbuai
keindahannya. Masa kanak-kanak, remaja, telah jadi telah berlalu dan akan
menjadi kenangaan yang pasti tersimpan di loker-loker memori pikiraan.
Tapi aku? Aku masih belum
tahu apakah setiap langkah yang telah berlalu itu adalah langkah yg ridhoi
olehNya? Atau malah langkah yang tak di restui olehNya? Namun tak pernah henti
mulut ini berdoa dan harap untuk semua yang telah aku jalani benar menurutku,
juga bener menurutnya. Sebagai manusia biasa aku hanya bisa berserah dan
meminta padanya dengan doa, ibadah dan usaha yang terus ku tingkatkan. Yang aku
pahami adalah bagaimana terus merenovasi setiap langkahku
"Tidak semua yang
benar menurut ku, benar juga menurutNya."
***
Hari ini, aku memutuskan
untuk bersantai diri melepas lelah dengan bersenang-senang, melupakan waktu
dengan tertawa bahagia. Saat kecintaanku pada waktu melebihi kepadaNya, berarti
ada hal-hal yang rusak dalam diriku. Jam menunjukan pukul 01.00 pagi dan aku
belum terlelap dalam tidur. Kemudian dari arah selatan pintu kamar perlahan
terbuka..
"Nadira, belum tidur
kamu nak?” Ternyata ibu, beliau berjalan menghampiriku, lalu duduk di samping
ku..
“Selamat ulang tahun
Nadira sayang, doa-doa terbaik untukmu, maaf Ibu tak bisa berikan apa-apa.
Hanya doa tulus untuk kesuksesanmu." Dia mencium kening dan mengelus
kepalaku
"Belum Bu, aku nggak
bisa tidur, nggak tahu kenapa." Aku yang biasa tidur selalu awal,
malam ini susah tidur. “Makasih banyak ya, bu. Buat aku kasih sayang ibu adalah
kado terindah yang belum tentu ada di setiap rumah, dan gak mungkin bisa aku
balas. Di sisa umurku, aku ingin jadi yang terbaik untuk mu bu,
lantunan doamu yang menguatkanku”
Saat ingin memejamkan
mata, tak lama kemudian ponselku berbunyi terus, ucapan doa juga tak
henti-hentinya aku terima dari semua teman, sahabat, serta saudara. Pagi itu
aku senang dan sekaligus sedih.
“Terimakasih atas semua
doanya kalian begitu baik. Doa terbaik juga untuk kalian.” Balasku.
Waktu di dunia sudah
berkurang, entah tinggal berapa detik, menit, jam, hari, minggu, bulan atau
tahun lagi yang tersisa. Aku nggak pernah tahu kapan waktuku dipanggil akan
datang, semua adalah keputusanmu ya Allah. Karna aku tau, “sesungguhnya
semua mahluk bernafas akan menghadapi maut.” Untuk semua itu aku berharap
berkurangnya umurku jadi penyemangat untuk terus memperbaiki diri, terus
bersyukur atas nikmatmu yang tak pernah henti.
“Terima Kasih Allah,
atas semua yang tak pernah henti mengalir untuk hambamu yang masih banyak dosa
ini”
Ucapan baik tak harus
selalu hadir lewat tatap muka dan tak harus selalu dengan saling beradu kata
lewat tatapan mata, lantunkan doa terbaik dari yang tak terlihat
mata namun kehadirannya dapat dirasakan juga jadi begitu berarti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu di sini. :)