Selasa, 03 Desember 2013

Umur


Dua belas bulan telah terlewati, dan kini aku bertemu kembali dengan bulan, dimana aku dilahirkan. Aku selalu berikan pertanyaan untuk diri ini. Masih dengan pertanyaan yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Apa perubahan yang telah aku lakukan selama satutahun ini?" entahlah saat ini Aku masih belum bisa menjawabnya.

Dua dasawarsa, empat semester telah ku lalui, ya 24 tahun telah berlalu. Tidak terasa memang semua berjalan cepat,  menggenggam waktu saat dunia lengah, membuat aku terbuai keindahannya. Masa kanak-kanak, remaja, telah jadi telah berlalu dan akan menjadi kenangaan yang pasti tersimpan di loker-loker memori pikiraan.

Tapi aku? Aku masih belum tahu apakah setiap langkah yang telah berlalu itu adalah langkah yg ridhoi olehNya? Atau malah langkah yang tak di restui olehNya? Namun tak pernah henti mulut ini berdoa dan harap untuk semua yang telah aku jalani benar menurutku, juga bener menurutnya. Sebagai manusia biasa aku hanya bisa berserah dan meminta padanya dengan doa, ibadah dan usaha yang terus ku tingkatkan. Yang aku pahami adalah bagaimana terus merenovasi setiap langkahku

"Tidak semua yang benar menurut ku, benar juga menurutNya."
***


Hari ini, aku memutuskan untuk bersantai diri melepas lelah dengan bersenang-senang, melupakan waktu dengan tertawa bahagia. Saat kecintaanku pada waktu melebihi kepadaNya, berarti ada hal-hal yang rusak dalam diriku. Jam menunjukan pukul 01.00 pagi dan aku belum terlelap dalam tidur. Kemudian dari arah selatan pintu kamar perlahan terbuka..

"Nadira, belum tidur kamu nak?” Ternyata ibu, beliau berjalan menghampiriku, lalu duduk di samping ku..

“Selamat ulang tahun Nadira sayang, doa-doa terbaik untukmu, maaf Ibu tak bisa berikan apa-apa. Hanya doa tulus untuk kesuksesanmu." Dia mencium kening dan mengelus kepalaku

"Belum Bu, aku nggak bisa tidur, nggak tahu kenapa." Aku yang biasa tidur selalu awal, malam ini susah tidur. “Makasih banyak ya, bu. Buat aku kasih sayang ibu adalah kado terindah yang belum tentu ada di setiap rumah, dan gak mungkin bisa aku balas. Di sisa umurku, aku ingin jadi yang terbaik untuk mu bu, lantunan doamu yang menguatkanku

Saat ingin memejamkan mata, tak lama kemudian ponselku berbunyi terus, ucapan doa juga tak henti-hentinya aku terima dari semua teman, sahabat, serta saudara. Pagi itu aku senang dan sekaligus sedih.

“Terimakasih atas semua doanya kalian begitu baik. Doa terbaik juga untuk kalian.” Balasku.

Waktu di dunia sudah berkurang, entah tinggal berapa detik, menit, jam, hari, minggu, bulan atau tahun lagi yang tersisa. Aku nggak pernah tahu kapan waktuku dipanggil akan datang, semua adalah keputusanmu ya Allah.  Karna aku tau, “sesungguhnya semua mahluk bernafas akan menghadapi maut.” Untuk semua itu aku berharap berkurangnya umurku jadi penyemangat untuk terus memperbaiki diri, terus bersyukur atas nikmatmu yang tak pernah henti.

“Terima Kasih Allah, atas semua yang tak pernah henti mengalir untuk hambamu yang masih banyak dosa ini

Ucapan baik tak harus selalu hadir lewat tatap muka dan tak harus selalu dengan saling beradu kata lewat tatapan mata, lantunkan doa terbaik dari yang tak terlihat mata namun kehadirannya dapat dirasakan juga jadi begitu berarti.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)