Rabu, 25 Desember 2013

Dead Line Your Life!



Judul Buku: Deadline Your Life! (Ingat Mati Agar Hidup Lebih Berarti)
Penulis: Sholikhin Abu Izzuddin
Penerbit: Pro-U Media – Yogyakarta
Cetakan: ke 2 (2012)
Tebal: 328 Halaman



Kalau ditanya soal kematian, kebanyakan dari kita pasti akan menjawab, “Belum siap”, saya pun begitu, sungguh sangat-sangat belum siap menghadapi kematian. Bagaimana mungkin diri yang masih sering berbuat dosa--baik sengaja maupun tidak--ini siap untuk menghadapi kematian? Belum banyak bekal yang bisa saya bawa. Maka ketika masih diberikan kehidupan, mengumpulkan bekal adalah pekerjaan yang sulit namun harus dilakukan.

“Orang yang cerdas adalah orang yang mengoreksi dirinya dan mempersiapkan amal untuk bekal sesudah mati. Dan orang yang bodoh adalah yang selalu menurutkan hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah” (HR Tirmidzi).

Saya ingin tahu, apa saja si bekal yang harus saya kumpulkan untuk dibawa? Maka dari itu saya membaca buku ini. Di dalam buku ini, penulis sangat pandai merangkai kata, sehingga apa yang disampaikan sangat mudah diterima, tidak berat saat bahasanya. Di awal-awal saya diajak penulis agar mampu memotivasi diri dan menularkan semangat kebaikan. Memulai dari diri sendiri dan tidak lagi menggantungkan segala sesuatu pada orang lain.

“Bersegeralah dan proaktif menggunakan waktu dan kesempatan yang hadir untuk memotivasi dan meraih prestasi.“

Rasa malas seringkali jadi penyebab terbengkalainya semua pekerjaan, selain mengajak untuk mengingat kematian buku ini juga mengajak kita untuk melawan rasa malas. Ketika kita datang pertama kali untuk menyelesaikan masalah dengan sikap tahu diri lalu mengetahui apa potensi diri. Senjatanya kekuatan dibalik kelemahan-kelemahan kita. Lalu menempanya dengan sabar. Membentuknya dengan kejujuran. Mempertajamnya dengan ketabahan. Mengasahnya dengan kesungguhan. Menghiasinya dengan keikhlasan.

Masalah silih berganti mengantui kita, ada saran-saran dari penulis agar kita selalu optimis dalam menghadapi masalah, kita akan menemui pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sering kita temui di keseharian. Semacam bagaimana menjaga semangat? Biasanya kita hanya termotivasi pasa saat itu atau bertahan seminggu saja setelah itu loyo kembali.

Bagaimana mengatasi rasa malas? Bagaimana agar tidak ragu dalam melangkah? Bagaimana Menumbuhkan motivasi dalam diri? Bagaimana menjaga stamina ruhani agar tetap istiqomah dan bergairah? Bagaimana dan dari mana memulai kebaikan? Pertanyaan seperti ini sering kali muncul bukan?

Biasanya ketika mengikuti seminar jurnalistik, kita langsung ingin jadi penulis. Ketika ikut seminar motivasi ngin jadi motivator. Meski jarang yang mengikuti traning merawat jenazah langsung praktikum minimal jadi jenazah. Penulis memberitahu dan membeberkan apa yang ia pelajari dengan teliti di lapangan ditemukan wabah-wabah kemalasan yang merajalela. Serta memberi solusi.

"Nak, carilah kematian niscaya kau temukan kehidupan," - Abu Bakar Ash-Shiddiq

Setelah membaca buku ini kita seperti disuruh-suruh, ya disruruh untuk menjadi lebih baik lagi, mempersiapkan bekal kematian. Supaya kita tak lelah berkarya dan berprestasi agar saat mati kita bisa tenang dan tersenyum bahagia karena sudah melakukan yang terbaik selama ada di dunia.

Sungguh begitu pentingnya kita mengingat mati, tak pantas untuk menyombongkan diri, karena pada akhirnya akan jadi mayat juga. Namun kita bisa lakukan hal-hal baik agar saat mati kita tetap dikenang. Dan menjadi inspirasi bagi orang-orang yang mengenal kita serta jadi pembelajaran bagi generasi yang kita tinggal pergi.

Buku ini diawali dengan beberapa tulisan yang menyentil pembaca dan tersadarkan. Dan kita akan mengangguk setuju dengan apa yang penulis sampaikan. Lalu di lanjutkan bab-bab yang masing-masing memberi penjabaran yang tegas namun sangat enak dibaca. Ia menuliskan kalau mengingat mati mengingat kematian itu sangat penting. Bukan untuk menakut-nakuti diri tapi agar kita terus berkarya, tidak menunda dalam melakukan kebaikan, menghiasi hari dengan prestasi—sekecil apapun, senantiasa berkata jujur, tersenyum sebagai bentuk sedekah yang paling murah dan hal-hal serta contoh terkait pentingnya kita mengingat mati. 

Setelah dituntun mengarungi lautan kata yang membahas pentingnya mati, penulis mengajak saya mengarungi sungai-sungai kata yang berisi cara-vara agar kita selalu bergerak. Di bab lanjutannya, penulis bilang, “Siapa yang memungkiri? Jenderal atau Kopral, majikan atau pelayan, selebritis atau pengemis, direktur atau kondektur, koruptor atau provokator, bahkan anggota dewan atau tukang jagal hewan, semua bakal merasakan kematian.”

Siapa saja yang dipastikan masuk surga? Ia memberitahu kita dalam buku ini, ada Bilal bin Rabbah yang terompahnya sudah terdengar sampai di surga. Hamzah bin Abdul Muthalib yang syahid di medan Uhud. Ja’far bin Abi Thalib yang beterbangan seperti burung di surga karena tangannya buntung ketika perang Mu’tah. Dan Ummu Sulaim yang mondar mandir di surga dan lain-lainnya.

Setelah itu penulis membahas tentang kegagalan, tidak punyanya tujuan yang jelas, tak punya kepastian, mudah loyo, dan kita sering bilang “Hidup ngalir sajalah, buat apa dipusingkan.” Padalah akan lebih baik jika kita memiliki Grand Desain. Akan menjadi apakah kita ke depan? Setelah memiliki Grand Desain kita diajak membuat Action Plan. Planning, Perincian dan Prioritas. Kita diajak membuat peta kehidupan, agar hidup kita tak hanya mengalir saja, berjalan tanpa tujuan, melangkah tanpa berfikir. Tapi terencana dan matang.

Serta ada pula cara membaca efektif sehingga tidak mudah lupa, tiga faktor penyebab lupa, dua belas cara menulis dengan manis dan empat pemilik dunia. Orang-orang sukses selalu tersenyum optimis dan mengharapkan dilimpahkannya kebaikan bagi seluruh manusia. “Saudaraku, agar hidup lebih terarah, potensi diri menjadi permata berharga, masa depan menjadi lebih cerah, dan hidup menjadi lebih bergairah, mari bergembiralah!”

Sebaik apapun rencana yang telah kita susun bisa saja gagal. Tapi tanpa perencanaan kita akan gagal lebih jauh lagi. maka penting membuat perencanaan yang baik, detail aksi yang lengkap, dan akan melangkah untuk mengeksekusi rencana kita. Ada 6 penghambat eksekusi: tujuan hidup yang tidak jelas, antusias yang rendah, sikap mental negatif, kurang percaya diri, terlalu berhati-hati dan berharap tanpa memenuhi syarat.

Fokuskan pada akhirat maka dunia pun akan didapat. Tetap perbarui niat dan jaga semangat. Optimis adalah bagian dari kemenangan dan kesuksesan. Optimis adalah nafas panjang untuk mengarungi pendakian yang tak berujung. Pendakian menuju keabadian. Optimis adalah oksigen para pendaki tersebut. Sebab, semakin mendaki semakin sedikit teman, semakin sulit tantangan, semakin menjerit lolongan, semakin sempit kesempatan, dan semakin rumit persoalan, namun juga semakin bersuit-suit pujian yang melenakan di samping sudah semakin dekat dengan puncak kemenangan yang dirindukan.

Sayid Quthub berkata, Pilihan itu hanya ada dua, syariat Allah atau mengikuti keinginan orang-orang jahil. Pilihan itu hanya ada dua, Syariat Allah atau mengikuti keinginan orang-orang jahil. Tidak ada pilihan ketiga, jalan tengah antara syariat yang lurus dan keinginan bahwa hawa nafsu yang berubah. Seseorang meninggalkan syariat Allah berarti telah berhukum kepada keinginan nafsunya. Segala sesuatu selain syariat Allah adalah keinginan hawa nafsu yang disukai oleh orang yang jahil.


Buku ini enak dan asyik untuk dibaca, menurut saya buku ini berbeda dengan buku-buku motivasi lainnya. Yang saat ini sangat seragam isinya—cenderung sama hanya cara penyampaiannya saja berbeda. Di buku ini juga saya menemui ada beberapa cara atau trik yang pernah saya temui di buku-buku motivasi lainnya, bedanya di buku ini cara tersebut dikemas dengan balutan kata yang indah dan mudah dicerna, sehingga mudah diterima untuk diterapkan ke dalam hidup. Ingat mati, agar hidup berarti. Agar hidup tak lagi terombang-ambing seperti sampah yang pada akhirnya sampai di tempat pembuangan akhir tanpa tahu mau ke mana lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)