Judul Buku: Deadline Your Life! (Ingat Mati Agar
Hidup Lebih Berarti)
Penulis: Sholikhin Abu Izzuddin
Penerbit: Pro-U Media – Yogyakarta
Cetakan: ke 2 (2012)
Tebal: 328 Halaman
Penulis: Sholikhin Abu Izzuddin
Penerbit: Pro-U Media – Yogyakarta
Cetakan: ke 2 (2012)
Tebal: 328 Halaman
Kalau ditanya soal kematian, kebanyakan dari kita pasti
akan menjawab, “Belum siap”, saya pun begitu, sungguh sangat-sangat belum siap
menghadapi kematian. Bagaimana mungkin diri yang masih sering berbuat
dosa--baik sengaja maupun tidak--ini siap untuk menghadapi kematian? Belum
banyak bekal yang bisa saya bawa. Maka ketika masih diberikan kehidupan,
mengumpulkan bekal adalah pekerjaan yang sulit namun harus dilakukan.
“Orang yang cerdas adalah orang yang mengoreksi dirinya
dan mempersiapkan amal untuk bekal sesudah mati. Dan orang yang bodoh adalah
yang selalu menurutkan hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah” (HR
Tirmidzi).
Saya ingin tahu, apa saja si bekal yang harus saya
kumpulkan untuk dibawa? Maka dari itu saya membaca buku ini. Di dalam buku ini,
penulis sangat pandai merangkai kata, sehingga apa yang disampaikan sangat
mudah diterima, tidak berat saat bahasanya. Di awal-awal saya diajak penulis
agar mampu memotivasi diri dan menularkan semangat kebaikan. Memulai dari diri
sendiri dan tidak lagi menggantungkan segala sesuatu pada orang lain.
“Bersegeralah dan proaktif menggunakan waktu dan
kesempatan yang hadir untuk memotivasi dan meraih prestasi.“
Rasa malas seringkali jadi penyebab terbengkalainya semua
pekerjaan, selain mengajak untuk mengingat kematian buku ini juga mengajak kita
untuk melawan rasa malas. Ketika kita datang pertama kali untuk menyelesaikan
masalah dengan sikap tahu diri lalu mengetahui apa potensi diri. Senjatanya
kekuatan dibalik kelemahan-kelemahan kita. Lalu menempanya dengan sabar.
Membentuknya dengan kejujuran. Mempertajamnya dengan ketabahan. Mengasahnya
dengan kesungguhan. Menghiasinya dengan keikhlasan.
Masalah silih berganti mengantui kita, ada saran-saran
dari penulis agar kita selalu optimis dalam menghadapi masalah, kita akan
menemui pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sering kita temui di keseharian.
Semacam bagaimana menjaga semangat? Biasanya kita hanya termotivasi pasa saat
itu atau bertahan seminggu saja setelah itu loyo kembali.
Bagaimana mengatasi rasa malas? Bagaimana agar tidak ragu
dalam melangkah? Bagaimana Menumbuhkan motivasi dalam diri? Bagaimana menjaga
stamina ruhani agar tetap istiqomah dan bergairah? Bagaimana dan dari mana
memulai kebaikan? Pertanyaan seperti ini sering kali muncul bukan?
Biasanya ketika mengikuti seminar jurnalistik, kita
langsung ingin jadi penulis. Ketika ikut seminar motivasi ngin jadi motivator.
Meski jarang yang mengikuti traning merawat jenazah langsung praktikum minimal
jadi jenazah. Penulis memberitahu dan membeberkan apa yang ia pelajari dengan
teliti di lapangan ditemukan wabah-wabah kemalasan yang merajalela. Serta
memberi solusi.
"Nak, carilah kematian niscaya kau temukan
kehidupan," - Abu Bakar Ash-Shiddiq
Setelah membaca buku ini kita seperti disuruh-suruh, ya
disruruh untuk menjadi lebih baik lagi, mempersiapkan bekal kematian. Supaya
kita tak lelah berkarya dan berprestasi agar saat mati kita bisa tenang dan
tersenyum bahagia karena sudah melakukan yang terbaik selama ada di dunia.
Sungguh begitu pentingnya kita mengingat mati, tak pantas
untuk menyombongkan diri, karena pada akhirnya akan jadi mayat juga. Namun kita
bisa lakukan hal-hal baik agar saat mati kita tetap dikenang. Dan menjadi
inspirasi bagi orang-orang yang mengenal kita serta jadi pembelajaran bagi
generasi yang kita tinggal pergi.
Buku ini diawali dengan beberapa tulisan yang menyentil
pembaca dan tersadarkan. Dan kita akan mengangguk setuju dengan apa yang
penulis sampaikan. Lalu di lanjutkan bab-bab yang masing-masing memberi
penjabaran yang tegas namun sangat enak dibaca. Ia menuliskan kalau mengingat
mati mengingat kematian itu sangat penting. Bukan untuk menakut-nakuti diri tapi
agar kita terus berkarya, tidak menunda dalam melakukan kebaikan, menghiasi
hari dengan prestasi—sekecil apapun, senantiasa berkata jujur, tersenyum
sebagai bentuk sedekah yang paling murah dan hal-hal serta contoh terkait
pentingnya kita mengingat mati.
Setelah dituntun mengarungi lautan kata yang membahas
pentingnya mati, penulis mengajak saya mengarungi sungai-sungai kata yang
berisi cara-vara agar kita selalu bergerak. Di bab lanjutannya, penulis bilang,
“Siapa yang memungkiri? Jenderal atau Kopral, majikan atau pelayan, selebritis
atau pengemis, direktur atau kondektur, koruptor atau provokator, bahkan
anggota dewan atau tukang jagal hewan, semua bakal merasakan kematian.”
Siapa saja yang dipastikan masuk surga? Ia memberitahu
kita dalam buku ini, ada Bilal bin Rabbah yang terompahnya sudah terdengar
sampai di surga. Hamzah bin Abdul Muthalib yang syahid di medan Uhud. Ja’far
bin Abi Thalib yang beterbangan seperti burung di surga karena tangannya
buntung ketika perang Mu’tah. Dan Ummu Sulaim yang mondar mandir di surga dan
lain-lainnya.
Setelah itu penulis membahas tentang kegagalan, tidak
punyanya tujuan yang jelas, tak punya kepastian, mudah loyo, dan kita sering
bilang “Hidup ngalir sajalah, buat apa dipusingkan.” Padalah akan lebih baik
jika kita memiliki Grand Desain. Akan menjadi apakah kita ke depan? Setelah
memiliki Grand Desain kita diajak membuat Action Plan. Planning, Perincian dan
Prioritas. Kita diajak membuat peta kehidupan, agar hidup kita tak hanya
mengalir saja, berjalan tanpa tujuan, melangkah tanpa berfikir. Tapi terencana
dan matang.
Serta ada pula cara membaca efektif sehingga tidak mudah
lupa, tiga faktor penyebab lupa, dua belas cara menulis dengan manis dan empat
pemilik dunia. Orang-orang sukses selalu tersenyum optimis dan mengharapkan
dilimpahkannya kebaikan bagi seluruh manusia. “Saudaraku, agar hidup lebih
terarah, potensi diri menjadi permata berharga, masa depan menjadi lebih cerah,
dan hidup menjadi lebih bergairah, mari bergembiralah!”
Sebaik apapun rencana yang telah kita susun bisa saja
gagal. Tapi tanpa perencanaan kita akan gagal lebih jauh lagi. maka penting
membuat perencanaan yang baik, detail aksi yang lengkap, dan akan melangkah untuk
mengeksekusi rencana kita. Ada 6 penghambat eksekusi: tujuan hidup yang tidak
jelas, antusias yang rendah, sikap mental negatif, kurang percaya diri, terlalu
berhati-hati dan berharap tanpa memenuhi syarat.
Fokuskan pada akhirat maka dunia pun akan didapat. Tetap
perbarui niat dan jaga semangat. Optimis adalah bagian dari kemenangan dan
kesuksesan. Optimis adalah nafas panjang untuk mengarungi pendakian yang tak
berujung. Pendakian menuju keabadian. Optimis adalah oksigen para pendaki
tersebut. Sebab, semakin mendaki semakin sedikit teman, semakin sulit
tantangan, semakin menjerit lolongan, semakin sempit kesempatan, dan semakin
rumit persoalan, namun juga semakin bersuit-suit pujian yang melenakan di
samping sudah semakin dekat dengan puncak kemenangan yang dirindukan.
Sayid Quthub berkata, Pilihan itu hanya ada dua, syariat
Allah atau mengikuti keinginan orang-orang jahil. Pilihan itu hanya ada dua,
Syariat Allah atau mengikuti keinginan orang-orang jahil. Tidak ada
pilihan ketiga, jalan tengah antara syariat yang lurus dan keinginan bahwa hawa
nafsu yang berubah. Seseorang meninggalkan syariat Allah berarti telah berhukum
kepada keinginan nafsunya. Segala sesuatu selain syariat Allah adalah keinginan
hawa nafsu yang disukai oleh orang yang jahil.
Buku ini enak dan asyik untuk dibaca, menurut saya buku
ini berbeda dengan buku-buku motivasi lainnya. Yang saat ini sangat seragam
isinya—cenderung sama hanya cara penyampaiannya saja berbeda. Di buku ini juga
saya menemui ada beberapa cara atau trik yang pernah saya temui di buku-buku
motivasi lainnya, bedanya di buku ini cara tersebut dikemas dengan balutan kata
yang indah dan mudah dicerna, sehingga mudah diterima untuk diterapkan ke dalam
hidup. Ingat mati, agar hidup berarti. Agar hidup tak lagi terombang-ambing
seperti sampah yang pada akhirnya sampai di tempat pembuangan akhir tanpa tahu
mau ke mana lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejakmu di sini. :)