Senin, 23 Desember 2013

10 Jurus Terlarang!




Judul Buku: 10 Jurus Terlarang! Kok Masih Mau Bisnis Cara Biasa?
Penulis: Ippho Santosa
Penerbit: Alex Media Computindo, Jakarta
Terbit: Juni 2011
Tebal: Xii + 144 halaman 

Saya sudah pernah membacanya buku ini ditahun 2011, tapi kemarin membacanya kembali. Buku ini menyuguhkan jurus-jurus, bagaimana memulai bisnis, meraih kesuksesan dalam dunia bisnis, hingga bangkit dari kegagalan bisnis. Masih dengan gaya penulisan yang menarik, seperti pada beberapa buku lainnya, ia mengisi lembaran-lembaran buku “10 Jurus Terlarang! Kok Masih Mau Bisnis Cara Biasa?” dengan bercandaan, cerita, kreativitas, motivasi dan lain sebagainya yang semuanya di bumbui dengan ide-ide yang dapat dijalankan. 

Sama juga seperti buku-buku dia yang lain, buku ini di isi dengan banyak testimoni di halaman pertama yang menurut saya cukup menggangu. Di kover tertera label kalau buku ini “dicetak terbatas”. Dari awal saya sudah menebak kalau ini cuam trik jualan saja. Terbukti, jika melihat ke dalam. Buku yang saya pegang ini cetakan ke-17, entah sekarang sudah cetakan keberapa pasti terus cetak secara popularitas penulis cukup tinggi. Sudah banyak yang kenal.

 
Di buku ini, dijelaskan 10 jurus dahsyat berbisnis dengan otak kanan. Pada jurus pertama, penulis memberitahu pemikiran orang lateral tentang too bad can be good (terlalu buruk bisa menjadi baik). Diberikan contoh nyata bagaimana iklan Koran kompas yang mencapai 900 miliar lebih dalam setahun dan Ryanair dengan harga yang super murah, making money dengan iklan di hampir seluruh bagian di pesawat, jualan di pesawat via pramugari, penjualan tiket sebagian besar via online, dengan web yang juga punya space iklan. 

Selain itu, jangan takut ketika disebut sebagai ‘orang gila‘. Karna orang sukses awalnya sering disebut orang gila. Tapi bukan gila benaran ya, hehe. Tanpa bermaksud menyamakan dengan teori Robert kiyosaki dengan Cashflow Quadrant-nya. Ia memberikan pemahaman yang tentang betapa pentingnya menjadi orang kanan yang intuitif, kreatif, dan ekstensif.

Dalam jurus ke dua, ia memberitahu pada pembaca bagaimana merancang DNA (Dream ‘N’ Action) sedini mungkin. Ia mengajak kita untuk menikmati khayalan, impian, tangisan, dan ketakutan. Cukup memotivasi buat saya sebagai pembaca, buat orang-orang yang memiliki cita-cita namun kadang masih ragu untuk bertindak juga bisa jadi penyemangat.

Pada jurus ketiga dibahas tentang cara menghadapi kegagalan bisnis, tentang secret of seven (rahasia angka tujuh). Buku ini memberikan contoh bagaimana menikmati kegagalan dan lalu bangkit lagi, jika pernah melihat rollercoaster, kira-kira seperti itu. Ketika terjun serendah-rendahnya, kita bisa naik lagi setinggi mungkin. Di jurus ini menginformasikan pada kita cara mengubah kegagalan menjadi suatu keberhasilan.

Ada seorang pria yang tergila-gila pada soda, kemudian dia membuat bisnis soda dengan nama 1up dan gagal lalu ganti nama jadi 2up dst, sampai dia ganti nama ke 6 kalinya, jadi 6up dan gagal lagi. kemudian dia menyerah. Sampai suatu ketika ada seorang pemuda yang lain, terjun kebisnis sama. Gagalnya pun sama, tapi dia berhasil di langkahnya yang ke 7 dengan nama bisnis 7Up.

Pemuda kedua itu jadi milyader dari bisnisnya. Apa yang salah dengan pria pertama? Sederhana, dia kurang ngeyel. Bayangkan apa yang terjadi jika pria pertama mencoba sampai ke 7 kali. Bisa jadi 7up itu hak dia. Bukan kebetulan angka 7 itu menyimpan rahasia tersendiri dalam budaya indo, jawa, islam, china, barat pokoknya di semua kultur. Lahirlah istilah tujuh lapis lapis langit, bumi, tujuh hari, nujuh bulan, tujuh keliling dll. Esensinya, salah satunya, itu isyarat kepada segenap umat manusia agar siap berproses, minimal 7 kali upaya. Intinya kita jangan takut gagal. Harus siap menjalani proses karena yang instan cuma mie dan teman-temannya.

Di jurus keempat, ia memberitahukan cara bagaimana menyiasati penyakit, kelemahan, dan kejanggalan. Saya diajak untuk berdamai dengan badai kehidupan. Jurus kelima membahas tentang indahnya cinta, kebersamaan, kesetaraan serta menjelaskan pula bagaimana memanfaatkan lima keajaiban parallel dalam bisnis. Contoh : si sales A bilang ke konsumennya kalo sales B itu berbakat, sementara si B juga harus bilang ke konsumen kalo si A adalah guru yang mengajarkan marketing bagi B. jadi, saling mendukung yang positif.

Apa gelar yang sduah kita punya? Jabatan apa yang sedang kita jalani? Mengenai keduanya itu di jurus ini membahas tentang gelar dan jabatan. Buku ini memberikan beberapa cara ‘gila‘ dalam meraih gelar, memilih jabatan, menebar kartu nama, hingga cara ‘gila‘ dalam menyapa pelanggan. Entahlah saya juga bingungg kenapa banyak buku bisnis senang sekali dengan sebutan cara gila.

Sebenarnya saya kurang suka dibagian pemberian gelar ini. Tapi pemikiran orang kan berbeda-beda. Mmaksud cara gila meraih gelar itu: kenapa kok cuma akademisi aja yang memberi gelar? Kenapa ga diri sendiri aja yang member? Semacam personal branding, jadi contohnya penulis kan namanya ippho santosa. Dia memberi gelar pada dirinya ippho santosa, Phg yang artinya pengusaha gila dan gelar-gelar lainnya.

Cara gila memilih jabatan. Contoh: pekerjaannya sales. Tapi ketika ditanya orang atau dalam kartu nama jarang orang mencantumkan sales executive dll karena kesan di indonesia sales tuh jelek bla bla bla. Kalau menurut saya sama pencitraan pencitraan. Kalau kita bilang pencitraan pasti tanggepannya negative, padahal nggak gitu. Balik ke sales mereka kebanyakan mencantumkan marketing executive dll.Untuk kartu nama: kata toms peters kartu nama seperti kemasan. Jadi seandainya kita produk atau merk yang hendak dipasarkan kita harus kemas sebaik mungkin

Jurus ke tujuh membawa kita pada sebuah pilihan. Bagaimana agar kita memiliki usaha sendiri serta menjadi pemimpin di dalamnya. Juga cara untuk mengembangkan usaha tersebut. Jurus kedelapan ia menjelaskan manfaat dari nama dan kudeta konsumen serta bagaimana membangun merek. Ia memberikan informasi tentang nama sebagai identitas pembeda dan beberapa manfaat lain.

Jurus ke sembilan (waspadai jaman edan). Ada penjelasan Positivity di tengah persaingan, positivity saat ulang tahun, positivity saat tahun baru, positivity di tengah jaman edan. Penulis mengajak saya untuk positif, optimis, dan lebih percaya diri. Jurus ke sepuluh ( matilah dengan tenang). Compassion, sifat rendah hati, enggan menyakiti, rela mengalah, charity, menyumbang, conscience, cautiousness, itu do the right things, and do the things right. 

Di buku ini Ippho menyuguhkan ide-ide kreatif, yang memudahkan saya untuk mengambil ide-ide itu. Gaya pemaparan yang sangat personal membuat saya seperti diajak berbincang-bincang dengannya. Yang pasti, buku ini memberikan motivasi dan inspirasi, untuk sesegera mungkin menjalankan apa yang sudah dijelaskan di dalam buku ini. Gaya berceritanya cukup ringan, sehingga mudah dicerna. 
Selain itu buku ini, kurang menceritakan kekurangan tentang segala ide-ide yang bagi, apa dan bagaimana jika diterapankan pada binsis yang sesungguhnya? Ia hanya memberitahu mendalam, jangan bilang kalau ingin tahu mendalam harus ikut seminar, ya. Haha. Sisi negatif menggunakan otak kanan pun tidak dijelaskan. Saya kurang tahu apa saja beberapa hal dalam buku ini. Ada sedikit pengulangan cerita dari di buku yang pernah ia tulis dan ia masukkan ke sini. Cuma sekilas si nggak banyak tapi untuk pembaca yang pernah membaca bukunya yang lain pasti kenal dengan cerita itu.

Akhirnya saya simpulkan kalau orang kanan biasanya bergerak tanpa pertimbangan intinya langsung jalan aja, nggak banyak mikir. Kalau orang kiri kebanyakan mikir nggak jalan-jalan. Tapi dalam perjalanan menurut saya bukan hanya kanan saja yang diperlukan kiri juga. Kiri dan kanan harus saling mendukung. Nggak bisa cuma kanan saja, karena pasti kita butuh perhitungan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)