Kadang diri ini sering menjadi motivator gadungan buat orang lain. Sibuk memotivasi orang lain tanpa tahu orang itu ingin diberikan motivasi atau tidak. Memang memberikan nasihat lebih mudah ketimbang menjalani apa yang diberikan, apalagi harus merasakan apa yang dirasakan orang tersebut, pastilah tidak bisa. Apa yang dilakukan tak semudah apa yang diucapkan dan dituliskan. Ucapan dan tulisan harus sama dengan tindakan, dan itu tidak gampang, harus dilakukan. Tidak mau juga tindakan sangat jauh dengan apa yang ditulis dan diucapkan.
Menulis dan mengucapkan kata-kata motivasi sesunggunya untuk diri sendiri, tidak untuk orang lain. Jika ada yang ikut berubah, ya Alhamdulillah. Tapi jika ada yang tersinggung mohon di maafkanlah. Manusia tempatnya salah, saya pun tak luput dari salah. Yang pasti, saya tak bermaksud menyinggung atau menyakiti siapapun. Itu semata-mata untuk diri saya sendiri.
Karna saya belum bisa kasih bukti. Saya lebih memilih diam. Kesan orang ke kita pastilah berbeda-beda. Ada yg bilang A, ada yang bilang B dst.
"Ah loe nasehatin orang mulu. Mana karya loe?"
"Terima kasih, aku jadi semangat lagi."
Itulah mengapa ada ungkapan "diam itu emas". Mungkin, karna kita disuruh produktif, bukan lebih sering berkomentar. Jadi pemain, bukan hanya jadi penonton. Jadi, diam menjadi pilihan saya. Berbicara jika perlu dan ditanya saja. Ingin lebih produktif dalam berkarya --melawan rasa malas yang luar biasa menghantui. Biarkan karya yang berbicara.
Belajar lebih banyak lagi, berlomba-lomba untuk terus meningkatkan prestasi, tanpa sensasi.
Semoga karya-karyanya mempunyai manfaat yang besar untuk masyarakat...
BalasHapusamin.
HapusDiam2 meninggalkan jejak di sini :D
BalasHapusTerima kasih sudah mampir, mbak. :D
HapusTengkyu mas DiJe... Tulisanmu adalah nasihat untukku. Tak semua orang suka, tapi tetap teruskan karyamu brada!
BalasHapusTerima kasih selalu pakcin! :D
Hapus