Senin, 09 Desember 2013

Terbuang

/1/
ibu tangisanku jatuh dalam tidur
ia tak berhenti walau sudah aku atur
dalam sepi aku bercengkrama
pada dinginnya angin malam dikesunyian malam, aku kesepian.

ibu
di sudut yang bau itu
aku menggigil
lipatan kain begitu tak berarti
kulit tipisku kalah
oleh angin yang memanggil
tubuh kecilku terasa dingin
seperti mati

ibu
derasnya hujan mengiringi kepergianmu
tetesnya membasahi tubuh kecilku
hanya terdengar suara nyanyian
hujan dan kodok
jangkring sudah mengurung diri
 di semak-semak

ibu,
aku ini anak kandungmu sendiri
mengapa engkau tinggal aku seorang diri?
apa salahku sehingga engkau begitu?
bahkan namamu saja
aku belum tahu


/2/
apa aku salah jika lahir ke dunia ini?
mungkin aku tak pantas melihat senyummu?
juga tidak boleh meminum air susumu?
atau ibu tak mau melihatku?

bukankah ini salah ibu dan ayah?
katanya kalian saling cinta
ayah bilang, ibu cantik
ibu bilang, ayah tampan
lalu kalian memadu kasih

kalian berhubungan berdua,
berbagi rasa dan asa
padahal kalian belum menikah
ibu menyerahkan semuanya
yang ayah minta
dalam rayuan dan belaian ibu jatuh  

/3/
ibu,
kemana perginya kata cinta?
apa dia sudah mati ditelan nafsu?
bahkan ayahku sendiri
tak mau mengakuiku.

sekarang ibu ikut membenciku
membuangku di tempat orang
biasa menaruh sampah
jika aku salah lahir ke dunia
maafkanlah.
aku tak ingin membuat orang
membenci diriku.

aku adalah buah dari cinta satu malam
yang ditemani satu buah kotak kardus.
kini aku bersahabat dengan sepi
dan rasa takut melewati malam.
semoga kau bisa tidur nyenyak
sampai waktumu habis

/4/
ibu.
mungkin rasa bersalah sudah mati
takut mati dan berdosa sudah basi
salam dari anakmu
yang sedang melawan kedinginan
jika mati jadi pilihat
aku tak akan pernah membenci kalian
walau tersakiti, terbunuh sepi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)