Sabtu, 22 Juni 2013

Ketika Teman Bercerita

Punya teman wanita? Saya rasa hampir semua laki-laki pasti punya teman wanita, cuma porsi kedekatannya berbeda-beda. Saya tak punya banyak teman wanita, karna pada awalnya, saya memang pemalu dan pendiam. Kalau melihat saya ramai atau berisik itu mungkin hanya di dunia maya atau kalau sudah kenal dekat. Dari SD hingga SMK teman wanita saya bisa di bilang enggak banyak bisa kehitung pakai jari. Beranjak kuliah saya mulai membuka diri dengan berteman dengan sebanyak mungkin orang. Seperti yang kita tahu banyak teman banyak rezeki.

Di perjalanan ada beberapa wanita yang bisa dibilang akrab dengan saya, ya kita dekat, tapi ada pembatas. Bukan berarti dekat menempel atau suka. Dekat di sini berarti, kita sering berbagi rasa, cerita dan banyak hal. Lewat bicara maupun kata-kata yang tertulis lewat pesan singkat SMS maupun BBM. Si A bercerita tentang pacarnya, si B pun sama, dan C juga.

Pada saat itu posisi saya tak punya pasangan. Mereka menceritakan tentang hubungannya dengan pacarnya. Mereka tahu atau pura-pura enggak tahu kalau saya jomblo?. Oke yang jadi pertanyaan saya waktu itu apa yang ada di benak mereka sampai bisa menceritakannya pada saya?. Bukannya itu urusan mereka? Dan hanya mereka yang tahu, sepertinya enggak bagus untuk diceritakan kepada temannya yang lain, apalagi kepada laki-laki lain. Ketika mereka menikah dan terjadi konflik, apa mereka [nantinya] akan membicarakan masalah itu kepada teman-temannya?


Enggak masalah si sebenernya berbagi cerita, tapi harus memilih mana yang baik untuk diceritakan dan mana yang tidak baik untuk diceritakan. Jangan semua diceritakan. Saya termasuk orang yang terbuka untuk menerima cerita-cerita, buat saya ada saat dimana kita harus mengeluakan apa yang ada di dalam hati dan pikiran, entah lewat menulis atau bercerita kepada orang lain. Ada perasaan lega ketika semua sudah keluar. Ada solusi ketika yang diajak bercerita bisa memberikannya. Apa yang mereka sampaikan hanya akan sampai di telinga dan ingatan saya, tidak akan menyebar ke siapapun. Karna saya tahu batasan-batasan yang menjadi privasi seseorang. Buat yang suka bercerita dengan sahabatnya, entah itu cerita apapun, harus pinter-pinter ya cari teman yang bisa diajak bercerita, salah-salah semua bisa jadi masalah. Seperti kebanyakan kasus yang terjadi.

Suatu malam saya mendapatkan BBM dari tiga teman wanita, yang isinya kurang lebih sama. Tentang hubungan dengan pasangannya, dan saya kenal juga pacar mereka, karna kebetulan teman saya juga. Kadang ada posisi membingungkan; mereka bercerita tentang si A yang sikapnya begini kepada si B, sedangkan saya tahu persis si A itu sikapnya gimana, saya enggak bisa menyalahkan A atau membela si B, karna saya tidak tahu betul kejadiannya dan enggak tahu apakah yang dia lontarkan itu benar. Seraya motivator atau apalah artinya, paling saya hanya memberikan macam-macam petuah bijak, kasih solusi dan lain lain yang saya bisa, asal mereka bisa tenang itu cukup buat saya. Meluangkan waktu beberapa jam tak jadi masalah.

Mungkin wanita akan merasa tenang ketika mereka bisa bercerita dengan teman laki-lakinya, ketimbang dengan teman perempuannya. Karna teman-laki-lakinya bisa memposisikan diri sebagai pasangannya dan memberi masukan-masukan dengan harapan hubungan mereka akan baik-naik saja. Ada yang setelah dapat pendapat terus putus ada yang makin baik hubungannya.

Satu hal yang aneh, kenapa mereka melupakan saya setelah hubungan mereka baik lagi? Ketika sedih mereka balik lagi? Hahaha. Entahlah mungkin hidup memang seperti ini, saya sendiri tak pernah ambil pusing. Asal bisa memberikan yang terbaik, buat saya cukup. Entah itu dibalas atau tidak enggak jadi masalah. Mereka senang saya juga senang.


Dari pengalaman yang banyak terjadi. Ketika wanita punya pasangan, mereka seakan melupakan temannya. Namun sebaiknya, ketika laki-laki punya pasangan mereka selalu ingat temannya, keduanya  penting untuk laki-laki. Pasangan adalah makanan dan teman adalah minuman. Jadi keduanya saling mengisi. Tapi kita harus tahu porsinya. Membagi waktu untuk keduanya agar tidak ada yang iri. Apa lagi untuk yang sudah berkeluarga, keluarga itu nomer satu, apapun alasannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)