Kamis, 01 November 2012

Tak Ada Duka Semua Suka


Di suatu waktu saya berkesembatan mendengarkan pengalaman seseorang, dia saat ini cukup sibuk dengan kegiatannya membantu sesama yang membutuhkan pertolongan, yaitu dhuafa-dhuafa yang sakit. Dia (Aisyah, Wanita muda yang penuh semangat) menceritakan tentang pengalaman pertamanya bergabung di #SedekahRombongan (Salah satu kegiatan sosial yang bergerak menolong duafa yang sakit).
Saat itu ada pasien tumor tulang lengan dari KoKap Kulon Progo. Pasien itu sudah dimasukkan ke Rumah Sakit, dia melihat kabar itu di twitter. hari kamis di bulan Mei 2012 jam 10 pagi dia menyatakan ingin ikut membantu. jam 12 siang langsung bergegas ke lapangan, Pertama terjun ke lapangan ini yang menjadi kenangan tak terlupakan buat dia.

Koordinasi dilakukan hanya lewat mention di twitter dan telpon, belum tahu yang diajak telponan dan mention itu wajahnya seperti apa dan latar belakangnya apa. Siang itu juga meluncur ke RS, disana hanya dibekali nama dan ruang inapnya pasien. sampai disana ternyata pasien tidak ada di tempat. Panik melanda dia, yang ditelpon dan mention tidak jawab-jawab.
Akhirnya inisiatif menghubungi nurse station atas nama pribadi (karna belum tau #SedekahRombongan itu apa), dan diberitahu pasien dipindah di ruang isolasi. ternyata di nurse station ini ada masalah lagi, berhubung keluarga pasien kemarin ga ditinggalin nomer telpon #kurirSR, maka ditanya petugas tentang biaya pasien bagaimana? jelas dia ga bisa jawab. Bapak dari pasien sampai dibentak-bentak sama petugas.

Akhirnya karna ada yang menanyakan pasien tersebut (dia), terus dia diminta ke bagian Petugas Sosial Medik, dalam kondisi masih blank tentang #SedekahRombongan, pola geraknya seperti apa dan kebijakannya bagaimana. pede aja dateng ke kantor PSM nya, ternyata yang dipermasalahkan adalah UANG pembayarannya pasien gimana?.
Panik melanda dia (lagi), akhirnya yang bisa dia gunakan adalah tampang polos yang hanya mendengarkan dan menampung informasi dari ibu-ibu PSM nya. Tidak begitu lama Alhamdulillah, Mas Saptu dan Mas Mawan (Orang yang tadi telpon-telponan dengan dia) yang sudah bisa dihubungi setelah sholat, dia telpon kembali Mas Saptu nya.
Karna Mas Saptu sudah di depan RS, dia ijin ke ibu-ibu PSM, mau jemput yang mau bayarin pengobatan pasien. ketemu Mas Saptu dan Mas Mawan, sambil jalan ke kantor PSM dia cerita A-Z info yang dia terima. 1 kalimat Mas Saptu yang melekat sampe skarang dalam dirinya adalah : "Rapopo is, ini sekalian OSPEK buatmu. Kita sikat bareng itu petugasnya" sambil jalan dan Sampai di kantor PSM, menemuin ibu-ibu tadi.
Sampai di depan kantor PMS, Mas Saptu mengeluarkan 2 BB, IPad dan dompet, sambil bilang ke petugasnya: "Bu, butuh berapa duit untuk merawat pasien? 20juta? 30juta? 50juta? Kita transfer sekarang. Tapi jangan sekali-sekali Ibu bentak-bentak itu keluarga pasien, Mereka sudah kesusahan karna sakit seperti itu, masih di bentak-bentak. Dzolim anda takkala mengetahui dhuafa sakit tapi malah menambah beban mereka".
Hmmmmm, dia hanya menghela napas, antara kaget dan wow, ada yang berani langsung berkata keras seperti itu saat orang lain salah. Setelah dibuatkan surat perjanjian kita yang menanggung semua biaya rumah sakit, kita mengunjungi dokter yang menangani pasien, konsul dan mengetahui kondisi sudah tidak memungkinkan amputasi lengan, karna tumor sudah menyebar ke paru-paru, akhirnya dokter dan kami hanya mengambil jalan untuk memberinya pengobatan terbaik semampu kita.
Upaya yang dilakukan hanya upaya kemanusiaan (menuruti apa kemauannya pasien, dll) di sela-sela itu Mas Saptu bilang "Sombong pada orang yang Sombong itu hukumnya wajib!, biar dia tahu kita sombong tapi ga lepas tangan".  Setelah ngobrol sama keluarga pasien dan pasiennya sendiri. Mas Saptu pamit, dan hanya dia (aisyah) yang ditugasi pantau full kondisi pasien. Update dari hari ke hari, Setelah itu, dia mulai ngobrol sama keluarga dan pasien (dan akhirnya yang menjadi keluarga baru dia). setiap belum kesana ke Rumah Sakit, dia ditelpon oleh keluarga pasien.
Tiga hari ia sendirian, tapi hari ke 4 ia ngegandeng temen untuk menemani sekaligus di ajak nyebur ke #SedekahgRombongan. Dia sempet bawain makanan buat keluarganya, susu buat pasien dan ternyata memang sedang pengen susu. Hari ke 5 pagi ia mengunjungi kembali pasien. pasiennya masih bisa ketawa dan bisa ngobrol dengan bapaknya. setelah siang pamit pulang, jam 3 sore aisyah ditelpon sama bapaknya. beliau bilang, bahwa pasien udah ga sadar dan ga gerak dan disarankan dokter untuk ke ICU.
Aisyah langsung meluncur balik ke RS untuk menemani pemindahan pasien ke ICU. Paisen sudah dipasangi oksigen dan pendeteksi detak jantung, dari sore sampe jam 9 malem ia menemeni keluarga disana, melihat ketegaran seorang ayah menunggui putranya yang terbaring koma. Jam 10 malam dia pamit balik dan berpesan jika ada masalah langsung telpon saja, tidak usah sungkan (karna sudah feeling bad saat itu) Sampe di rumah, hanya selang beberapa jam ia ditelpon bapaknya pasien mengabarkan bahwa putranya meninggal dunia.
Jam 2 dini hari, Aisyah sendirian langsung meluncur ke RS menemui bapaknya almarhum dan mengurus administrasi kepulangan, sewa jenazah dan segala persiapan kepulangannya almarhum ke Kulon Progo, Tepat jam 4 subuh semuanya beres, ambulan ready menngantar, semua biaya RS sudah lunas dan sudah siap meluncur ke Kulon Progo.
Bapak dan pakliknya almarhum pamitan untuk pulang ke kampong, lagi-lagi ia melihat ketegaran seorang ayah yang menggotong jenazah putranya ke ambulan (Dulu lahir digendong, sekarang meninggal duluan pun di gendong).
Ia hanya bisa mengantar dari RS, hanya lantunan do'a dari Solo yang terkirimkan. sedih sebenarnya, tapi jogja sudah siap menyambut kepulangan jenazah, dan Aisyah pun lanjut untuk nemenin pasien lain yang ada di moewardi, Selalu kirim al-fatihah buat almarhum buat keluarganya beliau juga. Hidup adalah anugerah. Sehat adalah nikmat. Mari bersyukur. Mari peduli.
Gak penting kita gak terkenal, yang penting membaikkan sesama dengan terus bergerak, mencari dhuafa yang membutuhkan, menjadi kurir yang kedatangannya bisa menghapus air mata duka mereka, Itu adalah kenikmatan dan syukur tersendiri, rasanya kangen kalau lama tidak blusukan (masuk, pada suatu tempat cenderung jarang dikunjungi atau tidak disukai untuk didatangi kebanyakan orang) mencari dhuafa yang membutuhkan, ia yang butuh blusukan, karna ada perasaan bahagia ketika melakukan itu…





kalau di tanya apa Suka dukanya di  #SR ? ia jawab di #SR itu gak ada dukanya, karna tiap duka yang kita rasakan insyaAllah diganti berlipat-lipat nikmat sama Allah. yang ada suka terus. 1 motto #SR : hanya cari muka (ridho) di depan Allah sadja.



Gambar: Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini. :)