Nadiera, ada yang
ingin aku beri tahu, ketika aku merasakan bahwa aku mencintaimu.
Kita adalah dua hal yang berbeda. Aku laki-laki dan kamu perempuan—haha aku
yakin kita sudah masing-masing tahu soal itu. Kau dengan sifat serta sikapmu, dan
aku dengan sikap dan sifatku. Umur? Ah itu apa lagi, sudah jelas berbeda, Kita berdiri
di atas jurang yang berbeda. Berpijak dan berpegangan pada tali yang berbeda.
Bahkan cara kita memaknai dan menjalani hidup berbeda pula. Tapi Tuhan kita
sama. Kecintaan kita padaNya pun sama. Hanya saja kadarnya yang (mungkin) berbeda.
Aku mencintaimu, nampaknya kamu tahu itu, tapi diam saja. Aku paham cinta
memang harus diungkapkan. Agar aku dan kamu sama-sama tahu. Jika rasa yang kita
miliki sama, itu artinya kita bisa bersama, ya setidaknya rasa kita telah menyatu.
Entah nantinya akan menyatu seutuhnya denganmu atau tidak, itu urusan nanti. Tapi
kalau hatimu tak ada secuil pun untukku. Aku akan menerimanya dengan lapang
dada.
Nadiera, aku jatuh cinta
pada setiap tingkahmu. Sebenarnya aku masih ragu, ini cinta atau hanya sekadar
kagum saja? Aku terpesona dengan apa yang kamu lakukan padaku, padahal lebih
banyak yang jelek—maksudku perlakuan tak baik—nya ketimbang baiknya. Mungkin yang
orang bilang itu benar, bahwa cinta memang buta. Kejutekan kamu, judesnya kamu
dan cueknya kamu yang kadang membuat aku kesal. Kamu nampak menyebalkan! Tapi
anehnya kenapa aku malah merindukan itu. Setiap kali kamu tak ada kabar dan kamu
menghilang. Dan anehnya aku akan mencarimu, meski tak bilang langsung padamu.
Entahlah, aku terlalu pemalu atau terlalu pengecut untuk mengucapkan bahwa aku
mencitaimu dan ingin hidup bersamamu. Mulutku ditutup rapat pikiran yang merambat.
Ia selalu berkata padaku: kau punya apa sehingga punya keberanian untuk
mengatakan kau mencintai dia? Harta? Tahta? Atau hanya sekadar kata-kata?
Aku menjawab: cinta!
Cinta katamu? Kau sudah gila. Mau kau kasih makan apa dia nanti? Cinta?
Bulshit. Tak pernah ada yang merasa kenyang makan cinta. Kau bisa bahagia, bisa
pula terluka karena cinta Tapi percayalah cinta juga butuh biaya. Bahkan buat
makan sendiri saja kau masih keteteran, apalagi untuk makan dia kelak?
Tapi dia makannya tak banyak.
Kau sama
menyebalkannya seperti Nadiera. Sudahlah semua terserah padamu.
Hei, Nadiera kamu baca
percakapan di atas? Ya aku sering bertengkar dengan pikiranku. Kamu tak perlu
bingung dan heran, apalagi dengan bilang aku gila atau tak waras. Tenanglah itu
sudah biasa aku lakukan dalam hal apapun.
Nadiera, Sebenarnya aku
bingung inti surat ini akan aku bawa ke mana, jadi gini, mungkin aku bukan orang
pertama yang punya perasaan cinta—atau katakanlah kagum—padamu. Tapi aku ingin jadi
orang terakhir yang ada dalam hidupmu. Dan aku berharap kamu bisa meyakinkan
aku, bahwa kamu hidup dan matiku. Sulit memang mendapatkan apa yang kita
inginkan, seperti yang aku bilang di awal, Nadiera. Perbedaan adalah awal dari
semua. Saking gugupnya, aku nampaknya sering sekali menyebut kata “Tapi”. Aku
berpikir jangan-jangan Tuhan ciptakan cinta untuk meleburkan perbedaan itu.
ketika kita masih mempersoalkan ini dan itu, kita bisa bersatu karena cinta. Ya,
cinta, sebenarnya aku tak pernah tahu bentuknya seperti apa, warnanya bagaimana
dan letaknya di mana, yang aku aku mencintaimu seperti janji yang selalu
dipertanyakan waktu. Berat dan butuh kesabaran.
Aku tak jadi
membicarakannya padamu, aku memutuskan untuk memendamnya saja, sebab cinta tak
melulu harus diucapkan, tapi dilakukan. Seperti yang aku lakukan untukmu
kemarin, hari ini, esok dan mungkin sampai kita berdua duduk bersama, menatap
senja yang mulai memudar di usia kita yang mulai senja. Mencintaimu tak cukup
lewat kata, tapi perbuatan nyata. Dan aku memilih membungkam mulutku dan terus
berbuat yang terbaik untukmu. Kamu tak perlu membalasnya, sebab aku ikhlas
melakukannya.
Mungkin mencintai tak
harus memiliki. Jika kelak kau bersama orang lain dan bahagia, aku akan ikut
senang. Aku memang pengecut, Nadiera! Melawan banyak perbedaan saja aku tak
berani! Tapi jika waktunya tiba nanti, ketika semua membaik aku akan datang dan
melamarmu. Tentu jika kamu belum bersama orang lain. Kamu boleh bilang aku
bodoh atau apa. Aku tak marah, sebab kau tak tahu kejadian sebenarnya, yang kamu
lihat belum tentu bisa kau simpulan hari itu juga. Semoga kau selalu
berbahagia, Nadiera.
Salam dari orang yang mencintai dan selalu kagum pada senyummu,
Afrasasi
Gw tau ni buat siapa 😜😜😜
BalasHapushaha. buat siapa, bang? :p
Hapus